Mohon tunggu...
Nurul Fauziyyah
Nurul Fauziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa aktif jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang tertarik dengan konten pemberitaan dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kalibrasi

21 Desember 2024   21:44 Diperbarui: 21 Desember 2024   21:44 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nama pena (sumber;pexels.com)

Puja Amna Haseenah, teman pena bertahun lalu yang terputus kabar. 

Di hari libur, saat lengang di tengah ramai buku berbaris. Saya temukan buku di meja paling sudut di ruang itu. Dipilih acak bab dibuku itu lalu dibacanya seksama. Mulanya menarik tapi dipertengahan rasa kantuk mulai menjalar. Ditemukan sepucuk kertas penuh tulisan. Puja, kata terakhir di baris kanan itu tersisipkan tulisan nama yang tidak asing. Saya tahu ini Puja, tulisannya khas.

Senyum halusnya tampak diwajah Abi. Hatinya menebak-nebak akan seperti apa raut Puja yang selama ini berbagi pesan dengannya. Matanya melirik sekeliling mencari-cari. Tapi tidak ada satu prasangkanya yang yakin menebak benar adanya Puja.

Esoknya Abi mampir lagi, benar saja sosok yang dicarinya muncul dihadapannya. terburu waktu Abi pergi tanpa banyak bertukar kabar.

Puja lupa.

Seminggu berlalu sejak pertemuan singkatnya mereka berpapasan di sebuah toko alat lukis. 

"Puja ya?" tanya Abi dengan sedikit ragu.

"oh ini Abi kan?" Puja menjawab, memastikan.

"iya ini Abi, mba Puja cari apa ke sini?" tanya Abi, mencoba memperpanjang obrolan dengan Puja.

"saya cari cat warna ini mas" Puja menunjukkan contoh warna yang agaknya sulit di dapat.

"warnanya bagus ya mbak, tapi jarang mbak biasanya harus ke toko sebelah ini, kalau nggak itu ya paling pesan online." pungkas Abi.

"oh begitu ya.. kok mas Abi tahu disini nggak ada, saya aja ini baru mau cari loh warnanya?" tanya Puja.

"Saya juga sering kesini buat cari perlengkapan lukis mbak, hampir tahu ini modelan barang disini mbak. Kalau mau pastiin lagi mbak tanya langsung ke mbak-mbak yang jaga stand sana tuh mbak, dari pada mbaknya muterin tiap baris rak catnya, saran sih mbak.." jawab Abi sambil setengah meledek. 

Abi penasaran kenapa Puja tidak ingat bahwa Abi adalah teman pena yang sudah sering kali ngobrol perihal hobi-hobi mereka itu. 

"minggu lalu nggak ada di perpus mas?" tanya Puja. 

Sebenarnya Puja terkejut saat berpapasan dengan Abi, pikirnya menebak-nebak kenapa mesti ketemu Abi lagi padahal anggapan Puja itu hanya jadi cerita yang selesai dan tidak akan bersambung dilain harinya. Tapi Puja sebenarnya merasa janggal dengan Abi, tingkah Abi ini tak seperti kebanyakan kenalannya diawal pertemuan yang biasanya tidak terlalu ingin akrab dan bicara santai. Abi sebaliknya, seolah kenal Puja dari lama.

Ku rasa hanya Abi yang ingat, sementara Puja masih menikmati kelimpungan menerjemehkan cerita genre apa yang datang kali ini di bagian hidupnya.

continued...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun