"warnanya bagus ya mbak, tapi jarang mbak biasanya harus ke toko sebelah ini, kalau nggak itu ya paling pesan online." pungkas Abi.
"oh begitu ya.. kok mas Abi tahu disini nggak ada, saya aja ini baru mau cari loh warnanya?" tanya Puja.
"Saya juga sering kesini buat cari perlengkapan lukis mbak, hampir tahu ini modelan barang disini mbak. Kalau mau pastiin lagi mbak tanya langsung ke mbak-mbak yang jaga stand sana tuh mbak, dari pada mbaknya muterin tiap baris rak catnya, saran sih mbak.." jawab Abi sambil setengah meledek.Â
Abi penasaran kenapa Puja tidak ingat bahwa Abi adalah teman pena yang sudah sering kali ngobrol perihal hobi-hobi mereka itu.Â
"minggu lalu nggak ada di perpus mas?" tanya Puja.Â
Sebenarnya Puja terkejut saat berpapasan dengan Abi, pikirnya menebak-nebak kenapa mesti ketemu Abi lagi padahal anggapan Puja itu hanya jadi cerita yang selesai dan tidak akan bersambung dilain harinya. Tapi Puja sebenarnya merasa janggal dengan Abi, tingkah Abi ini tak seperti kebanyakan kenalannya diawal pertemuan yang biasanya tidak terlalu ingin akrab dan bicara santai. Abi sebaliknya, seolah kenal Puja dari lama.
Ku rasa hanya Abi yang ingat, sementara Puja masih menikmati kelimpungan menerjemehkan cerita genre apa yang datang kali ini di bagian hidupnya.
continued...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H