Meraih Bintang Menuju Perubahan
Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Meraih Bintang
Guru harus memiliki ruh "bintang" karena ia selalu menerangi kegelapan peradaban manusia. Sepanjang zaman, sosok guru tetap dihormati dan menjadi teladan bagi putra-putri anak bangsa. Seorang guru yang dapat menjadi tanda harapan tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan anggota masyarakat.
Guru bintang adalah guru yang memiliki pengetahuan luas, mendalam dan kompeten. Seorang guru yang memancarkan aura keteladanan, berwibawa dan terkendali. Kedalaman ilmunya seperti "busur" dan ajarannya seperti "bintang". Menjadi guru bintang membutuhkan ketulusan dan usaha yang serius dan cerdas.
Seorang guru dengan semangat bintang tidak pernah menyerah pada tantangan yang semakin sulit. Sebagai seorang bintang, tidak pernah ada kata menyerah sampai perjuangan dan usaha membuahkan hasil.
Dalam mencapai keberhasilan diperlukan suatu "suntikan energi" yang dapat mengatasi segala kekurangan dan kelemahan yang ditemuinya selama ini sebagai seorang pendidik yaitu untuk memperdalam ilmunya, berimprovisasi pembelajaran yang menarik dan berkualitas untuk menyelidiki, untuk mencerminkan. serta memikirkan tantangan dan peluang yang ada.
Kita sering membaca buku, majalah atau media yang mengungkapkan bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, guru adalah tokoh manusia yang berpenampilan sederhana dan masih banyak ungkapan lain yang memiliki arti yang sama. Pernyataan di atas dalam konteks hari ini tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang sebenarnya. Beberapa guru mulai kehilangan jati dirinya, yaitu beberapa aspek guru yang buruk, tindakan asusila yang menimbulkan kualitas buruk (profesionalisme).
Melihat fakta di atas, konteks situasi guru pada zaman ini memang jauh berbeda dengan zaman dulu. Dengan kata lain, kondisi dan perilaku sosial yang semuanya mendukung sikap transaksional daripada perjuangan dan pengorbanan.
Hubungan sebab akibat yang bersifat ekonomis atau material menjadi sangat tampak ketika mempengaruhi pola pikir guru. Ini berbeda dengan masa lalu yang lebih mengutamakan perjuangan dan pengorbanan daripada kekayaan/barang mewah. Jika iya, berarti permasalahan guru terletak pada kualitas sumber daya manusia (SDM).
Di saat bangsa ini menghadapi perubahan teknologi informasi, seni dan budaya, guru tidak siap menghadapinya. Seorang guru yang berwawasan bintang harus memiliki rasa percaya diri yang kuat, mengembangkan keterampilan diri sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, mengembangkan diri dengan kekuatan moral dan spiritual yang anggun. Mungkin ini upaya yang bisa dilakukan untuk mengembalikan citra guru yang sebenarnya, atas nama guru bintang.
Memasuki zaman modern yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi, menjadi guru bintang bukanlah suatu harapan yang berlebihan, karena tugas guru saat ini memang semakin kompleks. Dikatakan sulit karena selain menjadi mitra peserta didik di kelas (sekolah), guru juga harus menjadi panutan dimanapun berada.
Menuju Perubahan
Upaya pembenahan telah dilakukan dalam mensosialisasikan zona integritas di keluarga besar MTsN 2 Garut sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pada tahun 2021 MTsN 2 Garut mengajukan diri untuk submit. Kami memohon dukungan dari semua stakeholder agar upaya yang telah diakukan memberi perubahan dan memenuhi syarat untuk memperoleh.
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Apa saja yang menjadi area perubahan dalam zona integritas?. 6 Area yang disosialisasikan diantaranya adalah Area, (1) Manajemen perubahan, (2) Area Penataan Tatalaksana, (3) Area Penataan Manajemen SDM, (4) Area Penguatan Akuntabilitas Kinerja, (5) Area Penguatan Pengawasan, dan (6) Area Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
Guru sebagai agen perubahan untuk melawan kemerosotan moral dan menumbuhkan kekuatan spiritual dan intelektual. Dengan kesadaran seperti itu, seorang guru yang berhati mulia diharapkan tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga bagaimana ia berinteraksi dengan peserta didik yang mampu menerangi pikiran, hati (perasaan dan emosi) dan perilaku atau tindakan mereka.
Guru bintang harus menciptakan suasana sekolah atau kelas yang lebih bermakna bagi semua peserta didik. Kehadirannya harus menjadi penerang yang kuat bagi orang lain. Dengan mengubah gaya belajar seperti itu, suasana belajar menjadi lebih kondusif, akrab dan harmonis.
Model pembelajaran di atas membutuhkan guru yang berjiwa bintang. Hati yang penuh dengan nilai-nilai spiritual, muncul dari keadaan hati yang baik, semangat yang hidup, nafsu yang tenang, dan pikiran yang berfungsi sebagai sumber intuisi.
Setelah keterampilan ini di tempatkan, kemampuan untuk menyampaikan informasi dan berkomunikasi secara pendidikan akan membawa dampak dan makna bagi kehidupan peserta didik. Menjadi guru bintang juga harus dimulai dengan perubahan paradigma dari sabar menjadi syukur.
Dengan pola pikir "bersyukur" seperti itu, pintu hati guru terbuka, cahaya hati disinari, dan kabut tidak lagi menjadi penghalang. Guru seperti itu membutuhkan dua kekuatan yaitu pengetahuan dan kekuatan mental. Paradigma komprehensif seperti itu harus dimiliki oleh setiap guru agar interaksi edukatif terapan memiliki makna yang utuh.
Untuk memulai langkah dan upaya tersebut, kita harus memperhatikan pintu kecerdasan manusia. Kecerdasan memiliki empat pintu utama, yaitu panca indera, otak kiri, otak kanan, dan hati. Keempat pintu ini adalah karunia Tuhan yang paling mulia bagi umat manusia.
Upaya guru untuk menyadari pentingnya pengembangan diri penting tidak hanya untuk meningkatkan kualitas dirinya, tetapi juga karena guru adalah model bagi peserta didiknya. Tanggung jawab guru tidak terbatas pada menyampaikan pengetahuan.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Karena guru mengontrol pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus benar-benar memenuhi syarat untuk mengajar. Karena dengan bantuan guru yang berkualitas, guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Guru sebagai pembimbing yaitu membimbing peserta didik untuk menemukan apa yang mereka tawarkan, membimbing peserta didik untuk mencapai dan memenuhi tujuan perkembangannya, sehingga melalui pencapaian tersebut mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang ideal.
Menghadapi perubahan kurikulum, guru harus mampu mengimplementasikannya di satuan pendidikan secara tepat dan paham dengan kurikulum yang berlaku sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Sebagus apapun konsep perubahan pendidikan, jika guru tidak adaptif dan siap, maka akan sulit dilaksanakan.
Karena guru yang terus belajar dan berkarya menciptakan generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus berpartisipasi. bagi masyarakat dan lingkungannya. Karena pendidikan harus beradaptasi dengan zaman yang dialami oleh peserta didik dan teknologi telah begitu cepat mengubah karakteristik pembelajaran kita.
7 Cara Meningkatkan Kualitas Guru
Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Keikutsertaan dalam pelatihan penunjang mutu guru.
Melakukan research (Penelitian Tindakan Kelas).
Menciptakan budaya organisasi pembelajaran.
Gerakan Guru Membaca (G2M)
Uji Sertifikasi
Memberikan kesempatan perbaikan pembelajaran
Allah juga mendorong umat Islam untuk mampu melakukan perubahan secara luar biasa dalam bentuk kreativitas dan inovasi. Terinspirasi oleh individu dan kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan perubahan. Sebagaimana FirmanNya, yang artinya ;
Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra'd, Ayat 11)
Daftar Pustaka
IDOLA, M. G. (2011). PENGABDIAN PADA MASYARAKAT MENJADI GURU IDOLA.
Fajri, R. D., & Saepudin, U. (2022, January). Implikasi Pedidikan dari Quran Surat Ar-Ra'd Ayat 11 tentang Perubahan terhadap Upaya Pendidikan dalam Mengembangkan Potensi Manusia. In Bandung Conference Series: Islamic Education (Vol. 2, No. 1).
Marjuni, A. (2020). Penghargaan Profesi Guru Sebagai Agen Perubahan. Jurnal Inspiratif Pendidikan, 9(2), 208-217.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021) dan juara favorit (2022), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4 buku solo, 25 buku antologi (Januari 2021 -Januari 2023). Memiliki 750 konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-Januari 2023). Blog : http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H