Mohon tunggu...
Nurul Jubaedah
Nurul Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Teacher, writer, traveler, vloger

“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

5 Cara Menolak Kebahagiaan Fatamorgana

16 November 2022   08:15 Diperbarui: 16 November 2022   08:24 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5 Cara Menolak Kebahagiaan Fatamorgana

(Nurul Jubaedah,S.Ag.,S.Pd.,M.Ag Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Kebahagiaan fatamorgana adalah kebahagiaan semu, kebahagiaan bayangan yang tampak seperti ada tetapi sebenarnya tidak ada. Fenomena fatamorgana dijelaskan dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 39 yang artinya, "Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya."

5 Cara Menolak Kebahagiaan Fatamorgana :

1. Mengutamakan Niat

Niat selalu dikorelasikan sebagaimana ditegaskan dalam Alquran dan hadits. Dalam Alquran,  terdapat kaitan erat antara kata-kata ikhlas dan mukhlis dengan niat. Salah satunya terdapat dalam  surah al-A'raf ayat 29: Katakanlah, "Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula."

Dalam hadits terdapat beberapa sabda Rasulullah SAW yang membahas tentang niat. Seperti hadis dari Umar bin Khattab yang artinya, "Setiap perbuatan (hanya sah) dengan niat dan setiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan niatnya". (HR Bukhari Muslim). Hadits lain dari Abu Hurairah menyebutkan yang artinya, "Allah tidak memandang seseorang berdasarkan kondisi fisik dan rupanya. Melainkan kepada hatinya." (HR Muslim).

Ada hubungan yang erat antara niat dan ibadah. Sah tidaknya suatu ibadah tergantung pada niatnya. Letak niat sangat menentukan kualitas amal ibadah dan hasil yang diperoleh karena niat adalah jiwa dari perbuatan, petunjuk dan motif.

Menurut jumhur (kebanyakan) ulama, niat adalah keharusan dalam beribadah. Niat adalah syarat sahnya ibadah. Sedangkan dalam hal muamalah dan adat istiadat, jika kita mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka harus menggunakan niat.

Niat juga berfungsi untuk membedakan satu ibadah mahdah dari yang lainnya. Niat sholat wajib berbeda dengan niat sholat sunnah, sebagaimana niat sholat wajib berbeda dengan sholat wajib lainnya. Tujuannya juga untuk membedakan apakah tindakan yang dilakukan ditujukan kepada Allah SWT.

2. Pertajam Komitmen dan Kesepakatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun