"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Ali Imran: 133).
Maksud dari ayat tersebut adalah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dalam kajian kesusastraan Arab, peniadaan ungkapan tersebut adalah salah satu bentuk keistimewaan bahasa Al-Qur'an yang tujuannya adalah untuk meringkas.
Kata "maghfirah" (ampunan) disebutkan dalam bentuk nakirah (tak tertentu) untuk menunjukkan bahwa ampunan yang dimaksud adalah ampunan hakiki dan agung dari Allah SWT. yang salah satu syaratnya adalah keislaman.
Pada ayat ini, Allah diungkap dengan ungkapan "Rabbikum/Tuhanmu". Kata "rabb-rububiyyah" digunakan untuk konteks Allah sebagai pencipta, pemelihara, dan pengurus. Karena pencipta, pemelihara, dan pengurus, tentu Allah Mahakaya, Mahakuasa, Mahabesar, Maha Mengetahui, dan Maha Mendengar. Jadi, adalah pantas bersegera menuju ampunan dari Dzat Yang Mahasegalanya.
Mudik yang hakiki adalah pulang menuju kampung akhirat dengan membawa perbekalan ampunan dari Allah dan bekal pahala untuk menempati surga-Nya. Inilah mudik yang tidak akan ada peristiwa kembali lagi. Sekali sudah mudik ke akhirat, maka tidak akan ada jalan lagi kembali ke dunia.
Mudik hakiki perlu dipersiapkan karena tempat yang akan dituju adalah "keabadian", apakah di neraka atau di surga. Sugesti mudik hakiki yang baik ditengarai dengan tawaran menempati surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Ini tawaran sangat tinggi mengingat fasilitas yang ditawarkan di dalamnya pun sangat banyak dan variatif,
Dimensi Psikologis
Pada tahun 1970-an fonema dan istilah mudik lebaran mengemuka kembali ke permukaan. Saat itu, Jakarta merupakan satu-satunya kota besar di Indonesia.
Orang dari desa beramai-ramai datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan mengubah nasib. untuk mereka yang sudah mendapat pekerjaan, mereka akan mendapatkan jatah libur panjang.
Biasanya, libur panjang itu jatuh pada hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri. Jadilah momen lebaran ini digunakan untuk mudik atau pulang kampung dan bersilaturahmi dengan keluarga, juga mereka selalu menyempatkan diri untuk ziarah dan membersihkan kuburan leluhur.
Meskipun kini, teknologi semakin maju, sudah ada handphone, internet, hingga teleconference yang memudahkan komunikasi dari jarak jauh. Namun, meskipun biaya komunikasi lewat handphone dan internet sudah terjangkau, masyarakat merasa tradisi mudik belum dapat tergantikan.