Resolusi 2022
Menggapai Mimpi Mengukir Prestasi
Tantangan
Saya mengalami dua peristiwa besar pada tahun 2021 yang pertama yaitu meraih prestasi dan yang ke dua mengorbankan prestasi. Prestasi apa yang telah saya raih? Yang pertama adalah telah berhasil menmbimbing Riset (Karya Ilmiah Remaja) ke tingkat provinsi dan Nasional meskipun belum sampai ke level MYRES tetapi setidaknya anak didik saya telah berjuang, bekerja keras, dan berusaha mencoba untuk mengikuti kompetisi. Dalam mengikuti perlombaan MYRES saya sempat membimbing 11 judul karya ilmiah pada tahun 2020 dan 13 judul pada tahun 2021 juga sempat mendaftarkan 4 judul ke LIPI pada tahun 2020 meskipun baru bisa menjadi peserta saja.
Pada lomba karya ilmiah Nasional tahun 2021 saya membimbing 3 judul karya dan Alhamdulillah ketiga judul tersebut lolos sebagai finalis10 besar, dari 3 judul tersebut lolos satu judul menjadi juara harapan 1. Pada lomba karya ilmiah tingkat Jawa Barat, saya membimbing 8 judul karya ilmiah dari ke 8 judul karya yang dikirimkan berhasil 4 judul karya yang lolos, dari 4 judul tersebut, lolos menjadi juara 2 dan 3 kategori ekonomi, juara 3 kategori geografi, dan satu judul juara harapan 1 kategori sejarah. Prestasi lainnya yaitu lolos tahap 1 pada lomba anugerah guru berprestasi yang diadakan oleh GTK Madrasah.
Pada waktu yang sama saya harus melepaskan dunia saya, idealisme saya, mimpi saya dikarenakan ada perbedaan pendapat dengan pihak sekolah tempat saya mengajar. Perbedaan pendapat yang terjadi adalah ketika saya keberatan jika mengajar karya ilmiah remaja tidak menggunakan HP sedangkan pihak sekolah menginginkan peserta didik jika membutuhkan KBM yang melibatkan internet sebaiknya memakai sarana komputer di laboratorium.
Setelah sekolah memutuskan aturan tersebut maka saat itu juga saya langsung mengundurkan diri karena saya keberatan jika ada yang menghambat proses pembelajaran yang sedang saya garap. Saya merasa sayalah yang mendirikan Madrasah Riset, saya yang mengajukan proposal, saya yang merintis dari bawah sampai peserta didik meraih apa yang mereka cita-citakan namun, saat saya membutuhkan sarana yang praktis, efektif, dan efisien mengapa saya tidak diberikan kebebasan untuk berekspresi, bereksplorasi, dan berekspektasi? Mengapa aturan yang ada cukup otoriter tidak bisa diajak kompromi? Ada apa dengan situasi saat itu? Begitu banyak pertanyaan yang timbul di benak saya.
Inilah yang saya sebut dengan mengorbankan prestasi karena saya telah meninggalkan anak-anak didik saya yang begitu antusias dalam meningkatkan kompetensi mereka di bidang Riset. Setelah peristiwa ini terjadi secara psikologis saya mengalami kekacauan emosional. Selama dua bulan lamanya saya menyendiri dan enggan untuk berkomunikasi dengan rekan kerja. Saya menganggap peristiwa ini sebagai peristiwa besar dikarenakan saya merasa ada perjuangan dan kerja keras yang cukup dasyat dibalik semua prestasi yang telah dicetak anak didik saya. Saya bukan hanya sebagai pembimbing melainkan sebagai supir mereka dimana saat penelitian ke lapangan saya sebagai supir perdana harus melewati daerah curam dan terjal yang beresiko pada ban mobil saya.
Melalui Riset, saya telah banyak menghabiskan waktu dari pagi sampai sore untuk membimbing mereka secara daring, mulai dari awal saat mereka tidak mengenal karya ilmiah, saat mereka merasa rumit dalam memecahkan masalah, ketika mereka kesulitan maka saya berusaha melayani 24 jam sampai mud menulis mereka tumbuh kembali. Penelitian yang telah saya bimbing saat itu sudah masuk ke 11 lokasi dimana tempat yang kami kunjungi tidak semuanya mulus karena daerah yang harus kami tempuh ada yang di perbukitan, perkampungan yang cukup sulit dijangkau, juga harus keluar wilayah Garut. Bisa dibayangkan seorang guru perempuan mengurus semua ini dengan dua tangan sendirian? Meskipun pada tahun 2021 ada satu guru yang dengan sendirinya menawarkan diri untuk membantu kami.
Saya membimbing 4 kelas Karya ilmiah Remaja dimana sebelumnya hanya mata pelajaran ekstrakulikuler pada tahun 2019. Setelah melalui satu tahap kompetisi maka awal tahun 2021 prestasi perdana dimulai. Pertama kali terjun ke dunia penelitian saat itu juga dari 3 judul penelitian yang didaftarkan ternyata lolos dua judul karya di tingkat Nasional dan meraih juara 6 Nasional. Waktu berlalu dan prestasi terus kami cetak seperti yang telah dijelaskan pada paragrap pertama. Namun yang terjadi tidak berpihak pada apa yang telah saya perjuangkan.
Pelajaran yang bisa diambil dari dua peristiwa besar pada tahun 2021 adalah kerja keras, konsisten, percaya diri, membimbing dengan hati dan totalitas dalam bekerja merupakan kunci keberhasilan dalam meraih cita-cita. Tertib administrasi juga merupakan kebiasaan yang harus dipertahankan sebagai guru sehingga tidak hanya menjalankan kewajiban tapi juga memiliki target agar langkah, program, dan ide bisa tersalurkan dengan maksimal. Hal ini diperkuat dengan perintah Allah SWT dalam al-Qur’an yang artinya: "Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At-Taubah: 105).
Harapan
Saya berharap pada tahun 2022 akan mendapatkan kembali prestasi yang pernah saya capai segaligus bisa mempertahankannya kembali bahkan bisa jauh lebih baik lagi dari tahun 2021. Kalau kemarin bisa meraih golongan IV-a dalam waktu 3 tahun semoga kedepannya bisa meraih IV-b dalam waktu yang sama bahkan bisa meraih poin yang jauh lebih tinggi lagi. Saya sedang mencoba menerjemahkan karya ilmiah sendiri ke dalam bahasa Inggris agar SKP 2022 nanti ada perkembangan dan kemajuan. Hal lain yang belum saya coba adalah menulis karya di jurnal Nasional maupun internasional. Semoga ada inspirasi, semangat, dukungan dan keajaiban untuk bisa mewujudkannya.
Adapun harapan khusus pribadi saya adalah semoga pada tahun 2022 saya mampu meningkatkan kualitas spiritual saya, hal ini memang tidaklah mudah namun niatlah yang utama, ya bismillah saja. Semoga saya bisa memiliki keseimbangan dalam kedewasaan berfikir maupun bertindak. Memiliki anak-anak yang jauh lebih baik dari kedua orangtuanya adalah dambaan setiap orang tua di muka bumi ini. Semoga anak sulung saya diberikan kelancaran dalam menyelesaikan S1 dan segera melanjutkan ke S2. Semoga anak ke dua saya mampu menjaga hafalan juz ke 30 nya dan anak bungsu saya diberikan keshalehan dan kecerdasan yang melebihi kedua orangtuanya.
Cita-cita saya menjadi pengawas dan yang harus saya siapkan adalah yang pertama mental, kelengkapan administrasi, meningkatkan skill selain mengajar, memaksimalkan program wali kelas , kreativitas, produktivitas dan selalu melakukan inovasi dalam proses pembelajaran, saya juga harus belajar sesuatu yang baru yang menjadi syarat pengawas yaitu menjadi wakil ketua bidang karena pendaftaran kemarin tidak lolos administrasi dikarenakan saya belum pernah memiliki pengalaman dalam posisi tersebut namun dalam kenyataannya saya memiliki kendala tidak berminat meminta posisi tersebut kecuali jika diminta oleh pihak sekolah maka saya akan siap membantu.
Memiliki berbagai cita-cita adalah cerminan seseorang yang memiliki pandangan hidup kedepan dan keinginan untuk menjadi lebih baik, sebagai makhuk yang diciptakan oleh Allah sudah selayaknya kita menyerahkan segala bentuk usaha kita kepada Allah dan meniatkan semua hal yang kita lakukan di jalan yang benar dan hanya karena Allah. Dengan demikian seseorang tidak hanya akan memperoleh kesuksesan di dunia, namun juga akan memperoleh kehidupan yang baik di akhirat kelak.Wallâhu a’lam. Dalil-dalil yang memerintahkan kita bercita-cita tinggi “Jika engkau meminta surga, mintalah surga firdus karena firdaus adalah surga yang paling tinggi.” [Mutafaqqun ‘Alaih]. “Sesungguhnya Allah menyukai permasalahn yang tinggi-tinggi dan mulia dan Allah membenci yang biasa-biasa.” [HR. Thabrani no 2894].
Setelah kita memaksimalkan doa dan ikhtiar selanjutnya tawakkal kepada Allah SWT bukankah takdir setiap makhluk itu sudah ditentukan jauh sebelum kita ada di dunia ini?. Sebagaimana Nabi ` bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (H.R. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash ‘Ash)
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Pangkat/golongan : Pembina/IV-a. Latar belakang pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI di UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris di STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI di UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja (KIR) kategori Sosial Budaya dan menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (Tingkat Provinsi), harapan 1 dan 2 (Tingkat Nasional) (Juli 2019 - September 2021), lolos guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 12 buku antologi (Januari-April 2022). 510 konten pendidikan di canal youtube a.n Nurul Jubaedah. Website : 17 Artikel a.n Nurul Jubaedah (Oktober 2021-April 2022, Instagram (nj_78).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H