Generasi kedua dari pendiri yayasan sudah mulai dititipkan oleh bapak-bapaknya untuk mengatur sekolah. Sebagaiman kisah kerajaan, sang penguasa ingin melanggengkan hegemoni yang sudah dimilikinya. Tidak ada yang salah dalam hal ini, karena setiap orang tua pasti ingin anak-anaknya juga merasakan manisnya hasil yang telah diupayakan.
Pak Andi ingin berkhotbah panjang lebar di hadapan kedua temannya yang sudah setengah tua tetapi masih menyisakan kecantikan itu. Adalah kesalah besar manakala menyandarkan kepercayaan kepada orang yang tidak tahu harus berbuat apa. Niatnya melakukan pekerjaan besar tetapi  yang dilakukan adalah melakukan perusakan demi perusakan. Â
Setelah generasi  pertama pendiri yayasan sebagian besar meninggal mungkin hanya tinggal  istrinya yang sudah sangat renta. Masalah besar yang dihadapi seluruh lingkungan ini adalah menaruh harapan terlalu tinggi di pundak lingkaran keluarga yang tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk berjuang sesuai dengan cita-cita mereka yang sudah tiada. Sejarah telah berulang-ulang berbicara  kehancuran kejayaan kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Romawi, bahkan Yunani adalah ketidakcakapan para penerusnya.
"Pak Andi akan ada ulangan sejarah ya?" Â Sindir Bu Rini.
"Betul sekali Bu Rini, ini juga untuk persiapan  untuk les privat."
"Ternyata diam-diam  Pak Andi punya juga kerja  sampingan, pantas saja berapa gaji yang diterima selalu saja seperti tidak ada masalah."
"Ini persiapan saja dulu, mungkin juga rencana saya."
"Tidak apalah yang penting sudah ada niatan untuk memperbaiki nasib, di akhir senja. Terus rencananya bagaimana Pak Andi?"
"Ya rencana saya  nantinya Bu Rini yang jadi murid saya yang pertama."
"oooo alahhh... . ternyata ngimpi."
"Hidup kita sudah susah ya Bu, jadi kalau selalu memikirkan gaji, anak-anak yang semakin sulit di atur, dan manajemen yang sudah mencari kesibukan sendiri, kita pun akan semakin tenggelam ke dalam sekam."