Sejak Pak Manis bisa mengalahkan incumbent lurah yang memang secara kasat mata lebih nyata mengubah wajah desanya menjadi lebih glowing, maka yang dilakukan pertama kali adalah tebar pesona bukan  membangun yang dijadikan jargon agar dipilih. Namun kata-kata yang memikat dan wajah yang selalu ditampilkan lebih manis lagi. Tidak hanya dirinya tetapi seluruh pembantu setianya  diharuskan mempunyai wajah berkesan berkelas.
"Kalau hanya membangun fisik raja-raja mesir pun sudah pernah melakukannya. Tetapi yang lebih penting pada saat ini adalah pembangunan akhlak yang lebih mulia. Sehingga kelak masyarakat di desa ini menjadi betul-betul menjadi insan yang saling mencintai, saling mengasihi," begitu kata Bapak Sayid Safiq. Karena setiap kata-kata yang diucapkan sangat manis. Maka penduduk desa Serba Jaya memberi julukan padanya Pak Manis.
Sangat manis gaya biacaranya ketika selesai  berbicara pun seringkali lidahnya menjulur menjelejahi bibirnya. Seolah-seolah di situ ada madu dari lebah murni yang sengaja di oleskan di mulutnya. Kalau ada yang menyamakan dengan ular atau komodo yang suka menjulur-julurkan lidahnya maka improvenya menjulurkan lidah ala  Bapak Sayid serasa persis.
Orang-orang desa yang sangat merindukan kata-kata yang terbungkus rapi dengan kata  cara mengolah kata kata yang terlihat melangit  sangat memabukkan sangat diharapkan. Bahkan ada seorang ustadz di desanya yang memfatwakan dengan sungguh-sungguh jika harapannya kelak di desanya akan dipimpin oleh orang yang lembut tutur  katanya dan yang lebih baik lagi adalah seiman. Hanya dengan iman yang sama maka katanya si ustad itu,  Tuhan akan lebih mudah memakmurkan desanya.
Selain kata-kata yang sangat memesona orang awam,  kelebihan yang dimilikinya  adalah keturunan. Ya Sayid Safiq konon cerita adalah keturunan orang arab bahkan sebagian orang menyebutnya masih ada keturunan nabi. Ada juga yang  menyebutnya sebagai Mr. Perfect, karena pendidikannya yang sangat tinggi. Dari kuliah di universitas terkemuka di Jakarta, hingga pendidikan di luar negeri. Maka klop sudah dia memiliki segudang harapan untuk membangun desanya.
Sebenarnya banyak orang yang menyayangkan pilihan Sayid untuk menjadi Lurah. Karena dengan latar yang demikian kinclong bisa saja dirinya menjabar direktur di perusahaan di kota besar. Terlebih orang tua Sayid yang sangat kaya raya mungkin harta yang dimilikinya tidak habis dimakan untuk tujuh turunan, sebenarnya mudah saja Sayid diberikan perusahaan tambang batubara.
"Saya mencalonkan lurah dan insyaalloh saudara-saudara akan ikhlas turut berjihad. Bukankah demikian adanya saudaraku semua?"
"Betul, betul, betul, ... .Hidup Pak Sayid!" Orang-orang yang hadir di halaman rumah Pak Manis yang penuh dengan hidangan mengiyakan dengan koor kompak. Karena saking semangatnya dan di dalam mulutnya penuh dengan makanan yang belum sempat dikunyah maka berhamburanlah remah-remah itu ke segala arah. Suasana yang penuh semangat untuk memenangkan idola baru yang sempurna tambah gemuruh setiap kali Pak Manis selesai berpidato.
"Untuk itu marilah kita mulai perjuangan ini dengan menegakkan syariat dengan megadakan jamaah tiap subuh di tiap surau-surau, mushola-mushola, masjid-masjid. Dan tentunya sholat Jumat di Masjid jami' ini sebagi gong dari kebersamaan sholat Subuh yang telah kita kerjakan. Dengan demikian kita dapat memetakan berapa sesungguhnya kekuatan yang bisa memajukan desa  nantinya. Hanya dengan pertolongan Tuhan  maka tidak ada lagi banjir, tidak ada lagi kemiskinan, semua penduduk desa  akan dimodali jika berusaha, dan ini yang lebih penting Insyaalloh semua penduduk desa akan memiliki rumah sendiri,"  kata-kata Pak Manis memang sangat manis, lagi-lagi orang yang berada di pelataran dan di dalam rumah itu membuncah lagi harapannya. Â
Tetiba di samping pak Manis muncul seseorang yang menggunakan pakaian seperti orang timur tengah lengkap dengan sorban penutup kepalanya. Tetapi rangkaian katanya sangat halus sperti orang dari orang tanah Jawa bagaian barat. Setelah salam dan berbagai basa-basi pidatonya pun mengalir gemericik dari mata air sebelah ujung desa yang dialirkan lewat saluran bambu. Menyejukkan. "Intinya dari apa yang saya sudah saya sampaikan adalah, mari kita memilih pemimpin yang lembut dan amanah. Dan insyaalloh semuanya ada pada diri Pak Sayid."
Saat itu, suasana begitu gegap gempitanya bagai serombongan musafir yang kelelahan dan tetiba  menemukan  oase di tengah gurun. Namun apa jadinya ketika yang ada hanya fatamorgana. Maka yang pada awalnya penduduk desa sangat berharap dengan pilihan program yang konon katanya akan sangat memanusiakan manusia, ternyata tidak lebih hanyalah semacam aksi anak-anak yang yang sedang membuat mainan, jadi hanya lucu-lucuan.
Pernah karena ingin berbeda dari lurah sebelumnya ketika mengendalikan banjir. Kalau lurah sebelumnya secara nyata membangun saluran yang menghubungkan sumber mata air yang ada di ujung desa kemudian mengalirkannya ke sungai yang ada, dan membuat dam-dam yang bisa menampung limpasan sungai bengawan yang dipastikan akan meluap kalau hujan deras. Maka Pak Manis dengan penuh keyakinan yang mendasarinya dengan scientific menyuruh tiap orang membuat sumur resapan di tiap pinggir jalan.
"Penemuan luar biasa."
"Apanya yang luar biasa?"
"Apa matamu tidak melihat, kalau Pak Manis telah melakukan hal luar biasa yang belum pernah dilakukan orang-orang sebelumnya untuk mengatasi banjir."
"Maksudmu dengan melubangi jalan terus ditimbun lagi? Coba buka lebar-lebar akalmu yang telah tertutup kata manis lurahmu yang bakal lengser itu. Â kontur tanah desa yang masih labil terus kalau ada hujan apa malah tidak menjadi kubangan tanah yang sanagat luas. Belum lagi kalau ada hujan terus menggenangi jalan dan menutupi jalan hingga bahu jalan apa tidak mencelakai para pengguna jalan?"
"Kamu saja yang sewot tiap kali Pak Manis membangun."
"Bukannya sewot tetapi memang apa yang dilakukan si Manis selama jadi lurah tidak ada. Hanya mengahamburkan Bantuan desa dan kas desa."
"Itulah kalau hati sudah ingkar dengan kalam Tuhan."
"Nah persis, pendukung dan yang didukung selalu mengatasnamakan Tuhan, seolah-olah Tuhan hanya milikmu."
Dua orang itu masih bersitegang hingga malam menjelang, entah apa yang terjadi karena dari pertengkaran kecil rakyat jelata lebih membekas. Â Sayup sayup burung burung hantu memerdukan suaranya yang parau, seolah berkata kalau si Manis telah telah diajukan oleh salah satu partai di Kabupaten untuk maju menjadi calon Walikota.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H