Menyamakan keadaan kemudian perlakuan yang sama pun di pilih oleh pemangku kebijakan dalam hal ini tim Covid Nasional dengan pola yang sama ketika varian Delta mejadi pandemi menakutkan sementara masyarakat belum divaksin dengan masyarakat yang sekarang sudah divaksin bisa dikatakan langkah mundur.
Setelah ratusan triliun digelontorkan pemerintah untuk pengadaan vaksin kemudian vaksinasi secara masif di Indonesia dan hasilnya negara kita bisa disejajarkan dengan negara maju dalam hal penanganan Pandemi Covid tetiba melakukan langkah pembatasan kegiatan masyarakat hingga level 3 yang sama artinya masyarakat harus mengulang kembali kegiatan dua tahun silam yaitu dengan bekerja dari rumah. Dan dengan pembatasan kegiatan masyarakat ke level 3 di dunia pendidikan  maka langkah yang bisa dikatakan ada progres harus surut kembali.  Sikap kehati-hatian sudah sewajarnya dilakukan untuk menjaga hal yang lebih buruk.
Kehati-hatian yang rasional bisa saja dilakukan dengan cara menjadikan sekolah sebagai laboratorium besar untuk mempersempit covid itu sendiri. Jika semula pendidikan episentrum ketakutan jika kran dibuka seluas-luasnya akan terjadi wabah yang luar biasa mengapa pola sebaliknya dipakai yaitu lembaga pendidikan  dijadikan sebagai pusat kegiatan untuk mengeliminir penyebaran  Covid.
Lembaga Pendidikan Tidak Hanya Dijadikan Objek Pencegahan Covid-19
Menakut-nakuti siswa secara berlebihan tentang bahaya Virus Covid cara adalah yang paling mudah untuk menjauhkan siswa dari pergaulan secara masif. Namun tidak bijak jikalau cara itu selalu dikedepankan oleh Satgas Covid, pejabat, hingga guru. Dan sayangnya cara itu lebih banyak dilakukan dripada mengajak siswa untuk mencegahnya.
Sekolah sebagai agen perubahan sudah semestinya mengambil peran dalam pencegahan, bahkan pengenadalian pandemic Covid. Kurang apa di sekolah itu? segala peralatan dan perlengkapan sudah ada. Bahkan Sumber Daya manusianya selalu siap untuk diajak kerjasama. Tinggal pejabatnya ada kebijakan atau tidak. Jikalau elemen Satgas Covid mau dan care turun langsung secara periodek ke sekolah-sekolah bukan hanya ceramah.
Sekarang ini setelah dua tahun setelah Pandemi Covid bisa dikatakan saat yang bagus untuk menanamkan kembali nilai-nilai  yang baru di dunia pendidikan.  Jika selama ini retorika memandirikan cara pendidikan mengapa tidak digunakan cara yang anti mainstream. Mendayagunakan sistem yang sederhana.
Aksi nyata yang rutin dari pejabat Satgas Covid bisa dalam bentuk posko yang tidak harus  berdiri sendiri tetapi bisa saja melebur di ruangan guru atau di ruangan BP yang bisa secara langsung bekerja sama dengan Satgas yang ada di sekolah. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah masyarakat itu sendiri. setelah di sekolah-sekolah diajarkan untuk berkehidupan secara bersih agar terhindar dari  Covid masyarakat dan keluarga pun juga menerapkan pola  sama dengan apa yang telah di terima anak di sekolah.
 Â
 Wassalam,
Pati, 9 Pebruari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H