Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suatu Saat Permainan Catur akan Menjadi Olahraga yang Menghibur

26 Maret 2021   19:30 Diperbarui: 26 Maret 2021   19:34 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : merahputih.com

Sangat wajar ketika penonton melihat pertandingan sepak bola berteriak-teriak, menari, tepuk tangan, cuit-cuit. Demikian juga ketika melihat pertandingan bola basket, sorak sorai penonton terdengar hingga pertandingan berakhir. 

Bahkan ketika melihat pertandingan tinju tangan bergerak seperti ingin meninju dan mulut terus bersuit suit,  seolah-olah tenaga untuk bersuit-suit itu  tidak ada habisnya. Namun apakah demikian juga ketika melihat permainan catur?

Akan menjadi kacau ketika ada suatu  permainan catur penonton yang hadir memberikan tepuk tangan,  menyanyikan yel-yel pemberi semangat ketika  setiap pemain catur menggerakkan bidaknya. 

Bukannya semangat yang didapatkan oleh pemain malah buyar semua konsentrasinya. Bisa-bisa mogok bermain si pemain catur.

Hanya dalam bermain catur penonton juga diajak untuk berpikir. Memelototi tiap pertandingan menebak kira-kira bidak apa yang akan dijalankan oleh pecatur. Berjam-jam hanya memelototi papan catur, terlihat statis. 

Tidak ada pergerakan sama sekali mungkin helai rambut yang jatuh pun akan ketahuan, suara nafas pun akan terlihat jelas, bahkan detak jantung pun mungkin bisa di hitung.

Permainan otak yang sudah sudah berumur seribuan tahun atau kurang lebih pada abad ke tujuh sejak dimainkan oleh orang India dengan nama Chaturanga memang permainan yang penuh dengan strategi. 

Kalau tidak punya waktu banyak tidaklah mungkin memainkannya, meskipun sekarang ada pola permainan catur cepat. Karena waktu yang demikian lama dan menguras emosi itu sangat jarang ada televisi menyiarkan live ataupun siaran tunda.

Jikalau Radio pun menyiarkan perrmainan catur maka yang ramai mungkin hanya si komentator itu sendiri. Mungkin bisa saya ilustrasikan,
"Si Tuan Polan mulai membuka permainan, dengan pembukaan sayap, kita tunggu apakah tuan Badu akan membuka dengan permainan bidak raja, atau permainan bidak menteri."

Setelah ditunggu 10 menit baru melangkahkan satu bidak. Selanjutnya bidak dimainkan satu persatu dalam waktu 30 menit belum ketahuan siapa yang menang karena hanya pembukaan saja. Itulah mengapa permainan catur ataupun poker sangat jarang mengorbitkan pemain milyuner seperti pemain sepak bola, pemain basket, atau petinju.

Permainan Catur Lebih Ramah  
Duduk berjam-jam dan hanya memelototi bidak-bidak dengan beribu-ribu kemungkinan menyebabkan satu langkah saja seperti memvonis dengan keputusan yang sangat berat. 

Hanya penggemar catur yang bisa duduk diam. Meskipun tidak mengajak orang lain yang menonton untuk diam ya terpaksa harus diam juga.

Tidak adanya perubahan aturan yang menyebabkan catur bisa dikatakan permainan yang kolot, konservatif tidak bisa diubah. Kalaupun ada perubahan bukan di sistem permainan tetapi hanya properti dan setting permainan yang bisa berubah. 

Kalau bermain sepak bola harus dimainkan lapangan sesuai dengan aturan. Maka catur bisa dimainkan di lapangan sepak bola. Tapi ingat tidak bisa sepak bola dimainkan di papan catur.

Permainan catur lebih dahulu lahirnya daripada olah raga sepak bola. Namun begitu yang lahir awal responnya hanya akan ramai kala akan ada 17 agustus, untuk memperingati kemerdekaan RI. 

Karena panitia lebih menerima permainan catur yang riskan tawuran antar pendukung. Jelas tidak akan terjadi orang yang melihat catur beramai-ramai, sehingga persinggungan pendukung pun nyaris tidak ada.

Kalau pun ada berita gemar tentang catur,  hanyalah bentuk dari provokasi untuk mendatangkan sensasi sebagaimana yang terjadi antara GM Irene dan dewa Kipas (Dadang Subur) yang dipromotori oleh Deddy Corbuzier. 

Mungkin hanyalah taktik dari Deddy Corbouzier untuk lebih mengenalkan kanal Youtubenya. Karena meskipun Irene mendapat dua ratusan juta, dan Dadang mendapat seratusan Juta. 

Tetapi jelas yang lebih untung adalah Deddy kanal you tubenya dilihat berjuta-juta. Dan saya yang menulis opini ini hanya dilihat kurang dari 100 orang hehehehe...

Kehadiran Deddy yang mengangkat pertandingan Irene dan Dewa kipas sepertinya ingin mengulang kisahnya sendiri. Karena di tahun 2009 Dedy juga pernah bermain catur dengan GM Indonesia Utut Ardianto.

Saat itu mungkin hadiahnya tidak sebesar kala Irene dan Dadang, namun paling tidak dapat ditarik benang merahnya yaitu kehadiran promotor akan bisa mendongkrak suatu even, tidak terkecuali permainan catur.

Suatu Saat Catur Bisa Menjadi Permainan Menghibur
Menjadikan suatu event yang biasa-biasa saja menjadi suatu "Wah" memang tugas dari seorang event organizer. 

Namun tanpa adanya seorang promotor yang bisa membaca peluang akan adanya keuntungan dan berani menanggung rugi maka kegiatan tersebut akan berhenti pada rencana saja. 

Sebagaimana Don King seorang promotor yang melegenda dengan dunia tinju selalu sukses meraup keuntungan, kaena berani menanggung rugi.

Mungkin saja pecatur yang bukan apa-apa menjadi terkenal dan mendapat keuntungan finansial dari sisi luar resmi badan catur dunia FIDE (Federation Internationale De Echecs). 

Jadi hanya mengambil sisi hiburannya saja. Tidak mempertarungkan pecatur untuk perbaikan peringkat. Karena memang yang menguntungkan bagi promotor adalah pertandingan itu laku dijual dan mendatangkan sponsor.

Olah raga yang bertipe menguras emosi dan psikis pemain ini sangat berat dari ketahanan tubuh. Sudah sewajarnya kalau pertandingan yang menyenangkan  akan berubah manakala ketegangan itu mencapai simpul tertinggi dari emosi pemain. 

Kalau petinju bisa meluapkan dengan emosinya memukul dengan kekuatan penuh, atau seorang pemain bola akan berteriak di tengah lapangan untuk memberikan semangat kepada dirinya sendiri atau kepada kawannya. Kalau pecatur tidak mungkin melakukan keduanya saat bertanding seperti petinju atau pemain sepak bola.

Maka dengan mengemas pertandingan catur sebagaimana yang dilakukan oleh Deddy Corbouzer itu adalah suatu terobosan baru. Meskipun ada beberapa orang yang tidak suka dengan pertendingan itu.  

Paling tidak Irene, Dadang, ataupun  Deddy sebagai orang yang menyeponsori sekaligus mempromotori acara itu happy happy saja.                

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun