Namun tanpa adanya seorang promotor yang bisa membaca peluang akan adanya keuntungan dan berani menanggung rugi maka kegiatan tersebut akan berhenti pada rencana saja.Â
Sebagaimana Don King seorang promotor yang melegenda dengan dunia tinju selalu sukses meraup keuntungan, kaena berani menanggung rugi.
Mungkin saja pecatur yang bukan apa-apa menjadi terkenal dan mendapat keuntungan finansial dari sisi luar resmi badan catur dunia FIDE (Federation Internationale De Echecs).Â
Jadi hanya mengambil sisi hiburannya saja. Tidak mempertarungkan pecatur untuk perbaikan peringkat. Karena memang yang menguntungkan bagi promotor adalah pertandingan itu laku dijual dan mendatangkan sponsor.
Olah raga yang bertipe menguras emosi dan psikis pemain ini sangat berat dari ketahanan tubuh. Sudah sewajarnya kalau pertandingan yang menyenangkan  akan berubah manakala ketegangan itu mencapai simpul tertinggi dari emosi pemain.Â
Kalau petinju bisa meluapkan dengan emosinya memukul dengan kekuatan penuh, atau seorang pemain bola akan berteriak di tengah lapangan untuk memberikan semangat kepada dirinya sendiri atau kepada kawannya. Kalau pecatur tidak mungkin melakukan keduanya saat bertanding seperti petinju atau pemain sepak bola.
Maka dengan mengemas pertandingan catur sebagaimana yang dilakukan oleh Deddy Corbouzer itu adalah suatu terobosan baru. Meskipun ada beberapa orang yang tidak suka dengan pertendingan itu. Â
Paling tidak Irene, Dadang, ataupun  Deddy sebagai orang yang menyeponsori sekaligus mempromotori acara itu happy happy saja.        Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H