Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

The Magnificent Seven Premier League dengan Manchester City Pemimpinnya

8 Februari 2021   10:56 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:11 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : antaranews.com

Manchester City terlihat  superior ketika menghadapi juara Premier League musim 2019/2020, Liverpool. Penguasaan bola yang menjadi ciri permainan Tiki-taka tidak bisa diambil oleh Klopp dengan gaya  Gegenpressingnya. Meskipun hingga menit ke 45 pertama City belum bisa memasukkan bola ke gawang Alison Baker namun dengan perimbangan lebih dari 60 persen dimiliki oleh anak asuh Pep Guardiola sudah menunjukkan jika dominasi City lebih kuat.

Sebenarnya city mendapat hadiah penalti akibat dari dijatuhkannya Sterling dikotak terlarang, namun kesempatan itu tidak bisa dimaskimalkan oleh Ilkay Gundogan. Kemudian saat memasuki babak kedua City yang kali ini tanpa Bruyne dan Aguerro masih bisa bermain dengan sangat lugas. Peran Bruyne ternyata bisa digantikan oleh Ilkay Gundogan yang berkewarganegaraan Jerman dan telah berumur 30 tahun. Dan melihat dari usianya, terlihat sekali kematangan dalam caranya bermain. Perananya pun sangat besar kala bertemu dengan Liverpool.

Meskipun pada babak pertama dirinya gagal menjadi algojo, seolah-olah ingin mengganti gol yang seharusnya terjadi karena tendangan penalti itu. Gundogen berkolaborasi dengan Sterling yang kali ini sangat lincah menggantikan peran Aguerro. Dua Gol pun bisa dilesakkan oleh Gundogen, Sterling satu gol, dan foden satu. Sementara itu Salah hanya bisa meyetorkan satu gol untuk Liverpool. Dengan hasil pertandingan ini Liverpool yang terpaut nilai 10 dari pemuncak klasmen Manchester City, dan lebih miris untuk Liverpudlian adalah City masih menyisakan satu pertandingan tunda.

Jikalau Manchester United dibuat gemas oleh Manchester City karena jaraknya yang menjauh maka Liverpool harus siap-siap mengubur impiannya untuk menikung Si Biru langit, city. Lantas bagaimana dengan Chelsea yang baru saja mengalahkan Shefield United 2-1? Poin 39 yang di dapat oleh Chelsea berjarak 11 dengan pemipin klasmen. Dan hanya 1 poin dibelakang Livepool. Maka sangat berat rasanya kalau harus bersaing dengan City yang sudah kembali ke gaya permainan Tiki-takanya.

Mungkin Chelsea masih berbulan madu dengan pelatih barunya Thomas Tuchel yang berkewarganegaraan Jerman, buktinya hingga tiga pertandingan The Blues selalu meraih kemenangan hingga merangsek ke lima besar. Tidak ada yang aneh dalam klub ini, ketika ada pelatih baru maka semangatnya pun seolah baru. 

Sebagaimana ketika Chelsea ditukangi oleh Lampard sang legenda klub, perolehan nilai pun selalu baik di awal kepelatihannya. Namun ketika dirinya hanya bisa mengantarkan timnya bermain seri maka suara tidak sedap pun dihembuskan. Bahkan ketika kekalahan demi kekalahan akrab dengannya maka sang emperor tanpa ampun memecatnya.

Maka jangan heran ketika   pelatih hebat hanya numpang sebentar, mungkin Mr Mou yang bertahann agak lama dengan mengantarkan The Blues menjuarai liga Inggris. Namun setelah mengalami kegagalan di beberapa pertandingan maka didepaklah ia. 

Sang emperor Roman Abrahamovich, adalah sosok yang tidak ingin terlalu lama menanti suatu hasil. Segalanya akan diukur dengan kemenangan, apakah Tuchel akan bernasib sama dengan Mourinho, Lampard, Mourizio Sarri? Hanya pembuktian kalau Tuchel bisa bisa merangsek ke posisi  liga Champion Eropa sukur-sukur bisa mempersembahkan piala maka masih amanlah dia.

Antara Manchester United, Leicester City,  Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelesea, Westham United, dan Everton hanya akan saling jegal untuk lima besar guna bermain di liga Cahampion Eropa musim depan. Ketujuh klub itu ditukangi oleh para pelatih hebat yang pernah mengenyam juara sebagai pelatih maupun sebagai pemain. 

Misalnya saja Carlo Ancelotti yang sekarang menukangi Everton adalah sosok pelatih jenius yang selalu diincar oleh klub-klub besar eropa. Karena dari tangannya klub yang diasuhnya akan berada pada jalur juara. Sebut saja PSG, AC Milan, bahkan Chelsea pun pernah dihantarkannya untuk menjadi juara Premier League tahun 2009/2010.

Kemudian ada Mourinho yang melatih Tottenham Hotspur, meskpun Mr. Mou belum menunjukkan tajinya namun dengan kejeniusannya maka dengan sis kurang lebih 17 pertandingan maka segala sesuatu untuk merangsek naik bisa saja terjadi. Namun rasanya kalau mengharapkan The Spurs telempar dari posisi 7 besar akan ditertawakan semut merah.

Selain itu masih ada Brendan Rodgers yang masih membawa Leicester ke tangga empat besar Premier League. Para pelaih ini yang akan memebri corak yang berbeda dalam permainannya. Sebagaimana  ketika City menghempaskan The Red, pakem permainan yang dibawa oleh sang pelatih diujikan di lapangan. 

Hanya saja ketika pakem permainan tidak mempan yang akan menjadi korban adalah tim yang harus dipaksa bermain sesuai dengan keinginan pelatih. Tentunya pakem permainan dengan pos orang yang sama akan sangat mudah ditebak, kemudian akan dicarikan alternative untuk mematikan pergerakan pemain itu. Contohnya gampang saja, Salah, firmino, dan mane yang menjadi andalan Liverpool untuk mendobrak area pinalti City terlihat mati kutu ketika pemain belakang sudah mengetahu ketiga pergerakan pemain itu.

Alih-alih mengubah strategi, pemain  belakang Liverpool yang sudah mapan malah memasukkan Milner yang sudah terlihat rapuh. Akibatnya ketika Mane, atau Salah kehilangan bola di depan maka. Pemain belakang City  mengoper bola ke tengah kemudian sang derigennya Gundogen yang malam itu barmain sangat cemerlang mengobrak-abrik sisi pertahanan yang ditempati Milner. Bahkan lebih kacaunya lagi sang Kiper Alison seperti pemain yang baru berlatih menjadi calon kiper. akibatnya sangat fatal dirinya harus empat kali memungut bola dari gawangnya.

Satu pertandingan tidak bisa mewakili seluruh pertandingan berikutnya, namun melihat konsistensi permainan itulah yang penting. Karena permainan klub di bawah City sering angin-anginan akibatnya ketika City sudah selesai berbenah dan siap berlari cepat tim di bawahnya masih bergulat dengan kesoliditasan akhirnya di lag ke 23 ini sudah terlihat tim mana yang bakal jadi juara untuk musim 2020/2021 ini.      

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun