Selain itu masih ada Brendan Rodgers yang masih membawa Leicester ke tangga empat besar Premier League. Para pelaih ini yang akan memebri corak yang berbeda dalam permainannya. Sebagaimana  ketika City menghempaskan The Red, pakem permainan yang dibawa oleh sang pelatih diujikan di lapangan.Â
Hanya saja ketika pakem permainan tidak mempan yang akan menjadi korban adalah tim yang harus dipaksa bermain sesuai dengan keinginan pelatih. Tentunya pakem permainan dengan pos orang yang sama akan sangat mudah ditebak, kemudian akan dicarikan alternative untuk mematikan pergerakan pemain itu. Contohnya gampang saja, Salah, firmino, dan mane yang menjadi andalan Liverpool untuk mendobrak area pinalti City terlihat mati kutu ketika pemain belakang sudah mengetahu ketiga pergerakan pemain itu.
Alih-alih mengubah strategi, pemain  belakang Liverpool yang sudah mapan malah memasukkan Milner yang sudah terlihat rapuh. Akibatnya ketika Mane, atau Salah kehilangan bola di depan maka. Pemain belakang City  mengoper bola ke tengah kemudian sang derigennya Gundogen yang malam itu barmain sangat cemerlang mengobrak-abrik sisi pertahanan yang ditempati Milner. Bahkan lebih kacaunya lagi sang Kiper Alison seperti pemain yang baru berlatih menjadi calon kiper. akibatnya sangat fatal dirinya harus empat kali memungut bola dari gawangnya.
Satu pertandingan tidak bisa mewakili seluruh pertandingan berikutnya, namun melihat konsistensi permainan itulah yang penting. Karena permainan klub di bawah City sering angin-anginan akibatnya ketika City sudah selesai berbenah dan siap berlari cepat tim di bawahnya masih bergulat dengan kesoliditasan akhirnya di lag ke 23 ini sudah terlihat tim mana yang bakal jadi juara untuk musim 2020/2021 ini. Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H