Penyadaran dengan segala cara harus dilakukan, termsuk di dalamnya melibatkan civitas akademika, peran sekolah, peran santri, peran gereja, peran komunitas kajian harus dilibatkan. Namun sayangnya sekolah dan kampus dan tempat pendidikan ditutup. Padahal dari sanalah informasi akan mudah sampai di masyarakat. Namun, sayangnya semua lembaga pendidikan dari berbagai jenjang harus diadakan dengan sistem daring.
Kemudian pikiran saya tidak sengaja bertemu kembali masa ketika ada Departemen Penerangan yang saat itu sangat moncer dengan menterinya Bapak Harmoko. Apa yang tidak bisa disampaikan? Semuanya bisa. Dengan corong TVRI dan RRI segala kebijakaan pemerintahan Soeharto dapat sampai di masyarakat.
Bukan saya berikeinginan menghidupkan departemen penerangan, karena sekarang ada Menkominfo yang tugasnya hampir sama hanya saja sekarang tidak begitu bertaji dibanding dengan masa ketika masih bernama Departemen Penerangan. Kementrian Informasi dan Komunikasi yang sekarang sepertinya lebih banyak berkutat dalam ranah teknologinya, sementara penyuluhan maksud dan tujuan  pemerintah kurang bisa dikomunikasikan.
Padahal untuk masa pandemi seperti ini kehadiran lembaga mandiri bukan  yang hanya diadakan ketika ada kejadian atau bersifat insidental sangat diperlukan. Agar berita yang genting seperti ini bisa sampai ke pelosok tanah air. Apalagi dengan dukungan teknologi informasi yang mumpuni dan SDM yang jempolan maka kesimpang-siuran berita dapat ditiadakan. Dan lebih penting lagi masyarakat tahu apa yang dimaui oleh pemerintahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H