Tanah yang lembab hanya menyisakan tapak-tapak manusia dan sepatu kuda yang tak berbentuk lagi. Debu-debu yang terhembus angin hilang di siang bolong lenyap di balik pohon-pohon.Â
Prajurit Carang Soka yang mundur menuju ke pedukuhan Nguren masih terlihat was-was dengan pasukan Parang Garuda. dan Setelah sampai di seberang sungai betapa terkejutnya, ternyata di sana sudah ada ada Rayung Wulan dan Pasukan prajurit wanodya setianya.Â
Kemudian perasaan was-was itu pun berubah menjadi semangat berlipat. Adipati Yudhapati pun bercampur gambira dan marah ketika melihat putrinya sudah berada di gubuk beratap daun kelapa yang memang dibangun untuk pesanggarahan sementara.
"Rayung Wulan anakku, mengapa kamu tega melakukan semua itu?"
"Maafkan Rayung Wulan Ayahanda," kata Rayung Wulan sambil melirik ke arah Singopadu. Kemudian Singopadu pun memberikan salam tabiknya. Adipati Puspa Andung Jaya hanya mencoba merangkai seluruh kejadian yang semuanya seperti pecahan-pecahan kaca yang harus dirangkai kembali agar menyatu kembali.
"Maafkan hamba kanjeng, jikalau pada saat seperti ini Tuanku ingin menghukum dengan hukuman yang paling berat pun akan saya terima. Tetapi izinkan saya memberikan alasan, setelah Yuyu Rumpung melamar Putri Tuanku, nDoro Rayung Wulan ada kesan ada yang tidak benar dengan kenyataan yang disembunyikan. Yaitu ingin menjadikan Carang Soka sebagai Kadipaten Bawahan Parang garuda. Menagapa bisa saya menyimpulkan demikian Kanjeng? Karena diam-diam Parang Garuda sudah mempersiapkan pasukan yang besar dan lengkap serta siap perang ketika diadakan pernikahan. Sekarang Kanjeng tahu sendiri demikian cepat mereka mengepung Carang Soka dan membumihanguskan hampir seluruh kadipaten Carang Soka," Singopadu berusaha menjelaskan sebagian kejadian namun ada bagian cerita yang belum tersampaikan dan Adipati Puspa Andung tahu itu.
"Coba jelaskan hingga si dalang itu bisa membawa lari putriku?" singkat pertanyaan Sang Adipati namun cukup membuat Soponyono dan Rayung Wulan menjadi merah padam wajahnya. Â Bagaiaman pun juga dalang soponyono menyadari dirinya yang hanya seorang dalang tidak pernah tuntas berdampingan dengan seorang putri Adipati. Soponyono yang duduk tepat di belakang tidak berani mengangkat wajahnya. Bagaimana pun juga membawa lari seorang wanita yang sedang dalam upacara pernikahan adalah tidak benar.
Tiba-tiba terdengar dari kejauhan bunyi seperti burung elang yang bersahut-sahutan. Ketika suara itu sampai ke telinga oleh orang yang duduk di batu di bawah pohon beringin, tetiba orang itu berkata,
"Maaf Kanjeng Adipati, untuk masalah keluarga mohon disingkirkan sejenak karena ada kenyataan yang lebih penting untuk kelangsungan Kadipaten dan rakyat Carang Soka." Â Â
"Siapakah nanda, anak muda?" tanya Adipati Yudhapati
"Maaf Kanjeng, hamba hanya ketua di pedukuhan saja, Kembang jaya begitulah orang-orang menyebutnya," pemuda yang memperkenalkan diri itu cukup sopan. Usianya tidak begitu jauh dengan Soponyono dan Sukmayana.