Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu Menyamar pun Saya Tahu...

20 Oktober 2020   15:20 Diperbarui: 20 Oktober 2020   16:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dupa yang wangi itu segera menyadarkan Rayung Wulan jika harum  itu pernah sekali ditemui  ada yang aneh pada perasaannya. Segera ia  tengokkan kepala, terlihat  di ujung ruang  seorang  perempuan yang sedang duduk bersimpuh seolah memanjatkan puja-puja pada Sang Pencipta. 

Sangat hening seolah dirinya sudah menyatu dengan-Nya. Namun meskipun orang itu memakai pakaian perempuan Rayung Wulan tidak akan pernah lupa dengan bentuk tubuh, rambut, terutama tatapan matanya yang teduh.

Melihat ada orang yang sangat diimpikannya itu, segera ia menyuruh para perias untuk keluar dari ruangan, karena dirinya sangat gugup ingin menenangkan batin. Dan hanya dayang yang sedang bedoa yang diizinkan untuk tetap menemaninya. Seluruh perias hanya mengangguk dan tidak ada yang berani  bertanya apalagi menyanggah.

"Kakang Soponyono."

Orang yang memakai pakaian serupa perempuan itu menoleh dan memberikan senyum yang sangat dikenali oleh Rayung Wulan.  Seperti anak kelinci yang lama salah jalan di tengah hutan hingga tiba-tiba ada induknya datang menghampiri.

Segera ia menjatuhkan dirinya ke pelukan Soponyono. Segala isak tidak tertahankan lagi. Soponyono sangat tahu perasaan yang sedang bergayut di hati Rayung Wulan. Soponyono membelai  rambutnya yang panjang dan berombak harum pun mengusik cintanya yang semerbak seharum dupa.

"Saya tahu Nimas, untuk saat ini tidak ada waktu yang aku miliki."

"Kakang... jangan berkata begitu, saya ingin lebih lama bersamamu"

"Nimas, Rayung Wulan  bersikaplah yang wajar. Jikalau para prajurit tahu maka segalanya akan runyam."  

"Kakang Soponyono, saya dengar Kakang telah ditangkap orang-orang Parang Garuda. Menjadikan diriku ingin mengakhiri hidup. Terlebih ayahanda telah sepakat menyandingkan dengan Pangeran Jasari, dan sekarang aku bisa bertemu degan dirimu seperti mimpi. Dan bagaimana kakang bisa datang ke sini?"

Kata-kata Rayung Wulan  seperti kelelawar yang keluar dari goa ketika senja hari, ramai tidak terkendali. Hingga dengan terpaksa harus menutup mulutnya dengan tangannya agar tidak banyak keluar kata-kata yang tidak berguna.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun