al ini mudah saja dilakukan jikalau keinginanan itu sudah menganak pinak untuk meruntuhkan hegemoni manusia, tentunya dengan media yang dimiliki dapat digunakannya. Maka sudah bukan lagi proses yang wajar seperti seseorang yang membenci tiba-tiba menjadi cinta. Â
Dua hal yang sifatnya berbeda dari cantik menjadi jelek, atau dari jelek kemudian cantik. Atau dari benci menjadi cinta kemudian dari cinta kemudian membenci. Selalu saja tidak ada sekat yang jelas, semuanya pada  warna abu-abu.Â
Sebagaimana campuran warna hitam dan putih.  Dan sayangnya dampak yang ada ketika menayangkan berita kegaduhan adalah mengenalkan satu generasi akan adanya trik dari media untuk mencapai tujuan dengan gaya yang lebih ironis dari pada menyerahkan perubahan pada suatu proses yang wajar  Â
(Pati, 13 Oktober 2020)