Siapa pun yang jadi Gubernur di DKI akan dihadapkan pada masalah itu selain polusi dan kemacetan. mereka dikatakan lulus dengan  nilai terpuji atau cumlaude jika berhasil mengatasinya. Jika tidak, maka hanya akan dikatakan sebagai gubernur yang biasa-biasa saja.
Kinerja Jokowi dan Ahok lebih transparan saat mereka menjabat gubernur, sungai ciliwung dinormalka agar air dapat langsung mengalir ke hilir. Dan mereka merencanakan dengan pemerintah pusat sepanjang 33 Km panjang sungai yang harus dinormalkan, namun hingga akhir jabatan Jarot dan Ahok baru setengahnya yang terealisir. Â
Tentunya untuk menunjang rencana ini Jokowi hingga Jarot sepakat untuk mengosongkan tempat-tempat di bantaran sungai, kemudian merelokasi penghuninya ke tempat yang sudah dipersiapkan. Kemudian drainase kota pun diperbaiki,agar air dari dalam kota bisa mengalir ke sungai besar.
Satu kebijakan saja sudah dapat dibandingkan dengan masa Anies Baswedan untuk menangani masalah banjir, ia menggunakan konsep naturalisasi. Suatu konsep yang mengedapankan ruang terbuka yang luas untuk air dapat mengalir secara alami.Â
Dan di ruang yang luas itu ada wilayah-wilayah peresapan air baik yang berasal dari hujan atau rumah tangga tidak seluruhnya ke sungai. Â Suatu konsep yang sebenarnya juga memerlukan pengosongan wilayah di bantaran sungai.
curah hujan yang tinggi pada tahun ini menyebabkan DKI terdampak banjir yang parah dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Penanganan berbeda dan tidak berfokuslah yang menyebabkan orang-orang bisa menilai Anies gagal dalam penanganan banjir, paling tidak selama dua tahun masa pemerintahannya. Masih ada dua tahun lagi untuk memperbaiki semuanya, siapa tahu di sisa tahun ada suatu gebrakan yang luar biasa.
Suatu gebrakan seperti BTP dengan memperluas ruang terbuka hijau lebih banyak, penataan pasar tradisional yang humanis, memfungsikan jalan untuk bertransportasi yang bisa mengurangi kemacetan, menghidupkan toleransi beragama yang lebih bagus. Intinya, menggunakan sisi positif Jakarta sebagai wajah negara.
Siapa tahu lagi jika ujian banjir, kemacetan, polusi bisa di tekan ke tingkat rendah bisa mengalahkan negara Singapura, saya yakin masih ada yang ingin mencalonkan Pak Anies jadi Gubernur. Namun jikalau banjir yang selalu menerjang Jakarta, polusi nomor satu di dunia, kemacetan megalahkan New Delhi yang dijadikan bahan kampanye agar terkenal, hanya nasib baiklah yang bisa memillihnya.
(Wassalam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H