Zaman Presiden Soeharto pun ada orang kedua namun beliau tidak masuk dalam pemerintahan, sebagaimana Gajah Mada ataupun Bung Hatta.  Ibu Tin Soeharto, ya beliaulah menurut saya yang menjadi ruh  atau yang menjadi warangka  luar maupun dalam selama presiden Soeharto memerintah Indonesia selama 32 tahun lebih.
Ibarat Soeharto Romeonya, Ibu Tin Soeharto adalah Julietnya. Ya kira-kira begitu selama saya hidup pada masanya. Sangat klop, Â Karena dalam darah Bu Tin Soeharto mengalir darah biru dari trah Mangkunegaran Surakarta, pastilah mempunyai kepemimpinan yang hebat namun tidak ingin ditonjolkan.
Setelah era reformasi ada satu sosok sebagai warangka atau wadah keris yang sangat indah pada masa ini. Seorang putra bangsa yang dilahirkan di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Di bawah naungan bintang Taurus. Seorang pemikir yang cerdas, dan sangat visioner, dialah Muhammad Jusuf Kalla. Beliau adalah seseorang yang menjadi generasi besar pada masa edarnya.
Sejajar dengan tokoh-tokoh besar pada sejarah nusantara. Kesejajaran bisa ditempatkan sebagai wakil atau orang kepercayaan yang dapat menjadi penampung keruwetan-keruwetan seperti, Gajah Mada, Hatta, hingga para punokawan.
Warangka  yang indah akan dapat menerjemahkan kesaktian dan kewibawaan keris. Demikian halnya Jusuf Kalla saat masih berperan di tingkat partai Golkar,  saat gonjang-ganjing dari perubahan orba ke refomasi dari pergantian Akbar Tanjung Hingga Setya Novanto secara cakap dan elegan didinginkannya suasana yang menjurus ke perpecahan. Kegaduhan-kegaduhan itu di tangan beliau cukup arif diselesaikan.
Dan saat menjadi Wapres gejolak-gejolak  besar menyangkut keutuhan bangsa Indonesia, dari poso hingga aceh dapat  diredam. Hingga keberanian-keberanian yang tidak populis pun berani beliau lakukan misalnya BTL pada Masa Presedien SBY. Namun keputusan-keputusan yang diambil adalah benar pada masa dan situasinya.
Sifat yang tidak ingin menang, lebih menyukai tantangan menjadi orang nomor dua namun serasa nomor satu telah didapatkan oleh Jusuf Kalla. Hanya sekarang saya berharap setelah beliau tidak dalam struktur pemerintahan masih bersedia untuk tetap menjadi warangka  masyarakat Indonesia. Tetap merakyat berdiri untuk siapa saja. Terimakasih, Pak JK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H