Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikan dari Kedung yang Ingin Kuceritakan

30 September 2019   21:26 Diperbarui: 21 September 2020   19:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya, memang benar kalau  kemarin lusa itu aku ketemu kang Parman. Namun itu pun hanya karena kang Parman menawarkan ikan lele kali. Kamu tahu sendiri tahu to kalau ikan kali terutama jenis lele harganya bisa empat kali dari ikan lele tambak? Dan biasa kadang-kadang Kang Parman aku kasih uang muka”

“Bentar yu, lele kali... itu kan   ikan yang sangat sulit di temui. Memang yang banyak itu hanya di aliran kali  alas hutan larangan sana.” Kata Roh sambil melambatkan langkah, mengimbangi langkah  Santi yang terlihat jalannya semakin pelan.

Santi hanya melihat jauh ke depan namun pikirannya lebih meninjau ke belakang lima belas tahun lalu. Saat itu suaminya berpamitan untuk  memancing ikan jauh di hutan larangan yang katanya di sana ada tempat memancing yang tidak sembarang orang bisa menjangkaunya. Suaminya saat itu menyebutkan satu nama tempat, yaitu Kedung Perahu. Sejak pagi suaminya berangkat hingga jam sembilan malam belum pulang. Namun dirinya tidak menaruh wasangka apa pun, karena pernah suaminya berangkat pagi pulangnya pagi hari lagi. Karena ia menyadari hanya itulah kesukaan suaminya kalau tidak ada pekerjaan.  Apalah artinya memarahi orang yang mempunyai hoby yang sudah mendarah daging. Daripada menjadi perang mulut diizinkan saja suaminya memancing, toh selama ini baik-baik saja. Namun  hari itu saat suaminya pamitan untuk memancing di aliran Kedung Perahu di hutan Larangan hatinya tidak tenang.

Legenda wilayah lereng kendeng utara di daerah itu tidak ada yang berani mengunjungi. Mungkin karena jarang yang mengunjungi itu semua hewan masih ada di sana dari burung merak hingga harimau. Dan lebih mengherankan pemburu yang profesional pun tidak ada yang berani mendekati. Karena itulah  Santi berharap suaminya memancing tidak sampai ke kedungnya.

Siang hari setelah suaminya berangkat memancing, tiba-tiba  ada seorang kakek berjenggot masuk pekarangan rumah dan kakek itu hanya duduk di bawah pohon mangga. tidak berkata apa-apa. Santi hanya diam,  melihat saja dari balik jendela  mau mendekati tetapi tidak berani. Rupanya si kakek tahu, segera ia lambaiakan tangan ke arahnya. Santi bagai kena hipnotis, ia dekati kakek itu.

“Namamu siapa nduk?” Tanya si kakek.

“Santi Kek...” Jawabnya takut-takut.

“Tidak usah takut Nduk, aku minta minum boleh?” Pinta si kakek. Dan meskipun Santi takut ia segera masuk ke rumah dan keluar lagi sudah membawa teh manis.

“Hmmm teh manis, baik sekali kamu Nduk... terimakasih”  Kakek itu langsung meminum teh hangat yang di suguhkannya, ”Nduk, aku berpesan kalau suamimu pulang dan membawa ikan lele kali kalau ada yang paling besar suruhlah suamimu mengembalikan jangan disakiti apalagi dibunuh.” Setelah berkata demikan kakek itu pamitan. Namun Santi tidak tahu darimana si Kakek tahu kalau   suaminya sedang mancing. Dan ketika ia memalingkan ke arah perginya si kakek, sudah tidak ada. Seakan ditelan bumi

Rasa was-was itu berakhir juga manakala hampir jam sepuluh suaminya  datang membawa hasil pancingan, satu ember ikan lele kali ada yang masih hidup tampak menggelapar-gelepar. Meskipun sudah larut suaminya tidak seperti biasanya akan istirahat sebentar, terus  membersihkan badanya, makan, dan berbincang-bincang tentang perjalanannya memancing. Kemudian suaminya akan menanyakan kesibukannya selama ia tinggal. Dan Santi hapal betul kalau suaminya sudah bertanya seperti itu berarti malam itu selimut akan berserakan bantal-bantal akan menjadi basah karena peluh. Malam pun  semakin larut suara burung hantu hanya menjadi pelengkap ketika di akhir cerita desah mereka berdua  lebih keras dari segala suara malam. Bila teringat akan itu Santi hanya tersenyum dan menjadi merah wajahnya.

Tetapi malam setelah pulang dari Kedung Perahu, suaminya langsung membersihkan ikan hasil pancingannya, Santi yang masih di depan menidurkan anaknya tiba-tiba teringat akan kata kakek siang tadi. Segera ia ke dapur ingin mengingatkan suaminya. Tetapi terlambat semua ikan lele sudah bersih, lambung ikan terburai bersih dari kotoran dan usus. Dan bersih semua, betapa terkejutnya ternyata di antar ikan-ikan itu ada yang paling besar. Dan lele itu juga sudah bersih dari kotoran. Mati.  Tubuh Santi berpeluh dingin kepalanya berkunang-kunang. Di mana suaminya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun