Mohon tunggu...
Nurul Aulia Syabella
Nurul Aulia Syabella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tryy

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Ketidakadilan dan Kesetaraan Gender dari Film Kartini 2017

30 Desember 2021   15:09 Diperbarui: 30 Desember 2021   16:28 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapun yang menggambarkan streoptype ini berada disaat Kartini sedang berbicara dengan beberapa penduduk perempuan di desa. Dalam dialog menyatakan bahwa mayoritas perempuan hidup hanya untuk menikah. Ini merupakan subordinasi dimana masyarakat sudah memberikan label bahwa perempuan bertugas hanya untuk di rumah mengurus anak dan melayani suami dan pada scene Kartini dan juga Soelastri sedang menjalani perawatan bersama satu pengawalnya karena mereka akan segera menjadi Raden Ayu. Secara tidak langsung memberikan pelebelan atau penandaan bahwa kaum perempuan hanya melulu soal penampilan saja tanpa mementingkan kualitas kecerdasannya.

  • Kekerasaan, adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun intergritas mental psikologi seseorang. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender pada dasarnya disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya kekerasan terjadi karena perbedaan gender dan sosialisasi gender yang amat lama. Sehingga muncul anggapan bahwa secara fisik perempuan itu lemah dan laki-laki itu kuat. Sebenarnya hal tersebut tidak menimbulkan masalah sepanjang anggapan lemah tersebut tidak mendorong laki-laki untuk bersikap seenaknnya terhadap perempuan.

Adapun yang menggabarkan kekerasan ada dalam bagian Kartini sedang melakukan pingitan semenjak menstruasi pertama.Pingitan hanya berlaku untuk kaum perempuan saja. Sedangkan makna konotasinya adalah terjadi kekerasan mental psikologis yang terjadi pada diri Kartini, karena pingitan akan sangat membatasi ruang gerak Kartini. Tidak untuk Kartini saja, tetapi semua perempuan jawa pada saat itu sangat terbatas ruang geraknya dan terdapat pada bagian denotasi dalam pertemuan para bangsawan dan belanda, saat kartini memasuki trmpat, terlihat dua orang bangsawan sedang membicarakan Kartini dengan lelucon negatif.

Konotasi dalam adegan tersebut menunjukkan sikap kekerasan terhadap perempuan kategori pelecahan seksual. Hal ini dikarenakan berkataan yang dikatakan dua bangsawan tersebut dapat merukan Kartini dan juga adik-adiknya. terlihat dua orang bangsawan sedang membicarakan Kartini dengan lelucon negatif. Sedangkan makna konotasinya adalah dalam adegan tersebut menunjukkan sikap kekerasan terhadap perempuan kategoripelecahan seksual.Hal ini dikarenakan berkataan yang dikatakan dua bangsawan tersebut dapat merukan Kartini dan juga adik-adiknya.

NILAI KESETARAAN GENDER DAN NILAI DALAM FILM KARTINI 2017

Dalam film kartini terdapat kontruksi kesetaraan dan keadilan gender yang dipelopori oleh sosok perempuan (RA Kartini). Sehingga sampai sekarang antara laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, namun tidak terlepas dari konteks cara pandang harus tetap disesuaikan dengan "kodrat perempuan". Dalam kehidupan sekarang tidak jarang kesetaraan dan keadilan gender sering menjadi masalah sosial, tidak pelak kesetaraan gender dijadikan sebagai alasan laki-laki (suami) untuk tidak memenuhi kewajibannya kepada perempuan (istri).Contohnya saja dalam mencari nafkah, tidak sedikit perempuan bekerja banting tulang layaknya laki-laki untuk mencukupi kehidupan keluarga sedangkan suami seakan-akan lepas tanggung jawab terhadap istri dan anaknya. Hal demikian sesungguhnya adalah masalah gender yang tidak wajar, karena sesungguhnya kesetaraan gender yang dimaksud adalah harus tetap memperhatikan "kodrat perempuan". Dan dalam film kartini terdapat juga, hal-hal yang dilakukan oleh kartini untuk membangun sebuah kesetaraan gender seperti contohnya kartini yang melawan adanya bentuk-bentuk ketidakadilan gender berupa streotipe, marginalisasi, kekerasan dan subordinasi.

Dari film kartini kami melihat dari aspek Nilai filosofis dalam adegan ini yaitu mayarakat penikmat film ini dapat menjunjung tradisi tanpa mengesampingkan kemanusiaan. Hal ini bisa terlihat dari bebebrapa scene yang memisahkan antara anak dengan Ibu kandungnya dgn alasan tradisi. Dengan demikian masih bisa dianggap sebuah kebenaran dan kepatutan. Seorang anak harus memanggil Ibu kandungnya sendiri dengan sebutan pembantu dan sebaliknya Ibu kandungnya harus memanggil anaknya dengan sebutan tuan puteri adalah sebuah keharusan yang bisa diterima. Nilai lainnya yang dapat dipetik yaitu kesabaran dan keteguhan hati seorang Ibu yang merelakan segala haknya sebagai Ibu dilepaskan untuk membawa Kartini  pada kedudukan yang lebih baik, kedudukan yang lebih terhormat. Ngarsinah memeberikan nasihat kepada Kartini Kecil untuk dapat menerima nasib bahwa di antara mereka terdapat sebuah status sosial yang berbeda. Pengorbanan Ibu yang tidak mudah ini menempatkan Kartini pada tempat yang lebih baik agar bisa menjadi wanita terpelajar, berpendidikan, memiliki masa depan yang lebih cerah dan bermartabat.

FEMINISME DALAM FILM KARTINI 2017

Feminisme adalah sebuah paham yang muncul ketika wanita menuntut untuk mendapatkan kesetaraan hak yang sama dengan pria. Istilah ini pertama kali digunakan di dalam debat politik di Perancis di akhir abad 19. kata feminisme bisa diartikan sebagai Pengakuan tentang ketidakseimbangan kekuatan antara dua jenis kelamin, dengan peranan wanita berada dibawah pria, Keyakinan bahwa kondisi wanita terbentuk secara sosial dan maka dari itu dapat diubah, dan  Penekanan pada otonomi wanita. Dalam film Kartini ada beberapa adegan yang memang menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dan feminisme, walaupun hal tersebut disampaikan kepada para penonton melalui pesan tersirat dalam film oleh sang sutradara. Feminisme Kartini dalam mengatasi ketertindasan untuk menyetarakan hak perempuan dengan pendidikan. Kartini menyadari bahwa kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan lain-lain berakar dari ketidaktahuan masyarakat tentang cara menghadapinya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk meningkatkan derajat hidupnya. Oleh karenanya pendidikan mutlak dibutuhkan untuk membuka cakrawala pemikiran bangsa ini dan sekaligus memberdayakan rakyat untuk kesejahteraan dan kemakmurannya sendiri. Kartini kemudian sangat antusias mendirikan sekolah, khususnya sekolah perempuan.

Dari film Kartini dimana Kartini merupakan seorang feminis namun dalam konteks yang positif dilihat dari tujuannya adalah untuk mengangkat derajat perempuan tanpa menjatuhkan martabat laki-laki. Dengan usahanya yang berhasil mengangkat derajat perempuan, hasilnya dapat dirasakan hingga saat ini yaitu banyak wanita yang berhasil menjadi wanita karir dan tidak selalu menggantungkan hidup dibawah bayang-bayang kaum pria. Oleh karena itu Kartini disebut sebagai pahlawan emansipasi wanita yang diperingati pada 21 April dan biasa disebut Hari Kartini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun