Mohon tunggu...
Nurul Athiya
Nurul Athiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Nasional

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peluang dan Tantangan E-Commerce pada Era Digitalisasi

1 Agustus 2023   22:53 Diperbarui: 1 Agustus 2023   23:06 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

E-commerce merupakan kepanjangan dari Electronic Commerce yang berarti perdagangan yang dilakukan secara elektronik. Dalam buku Introduction to Information Technology, e-commerce berarti perdagangan elektronik yang mencakup proses pembelian, penjualan, transfer, atau pertukaran produk, layanan, atau informasi melalui jaringan computer, termasuk Internet (Turban, 2005:181).

E-commerce dijalankan oleh pelaku bisnis dengan semakin maraknya penggunaan internet. Dewasa ini pembeli dan penjual dengan mudah dapat terkoneksi secara cepat hingga melakukan transaksi, dan apa yang diinginkan pembeli dapat cepat pula ditanggapi oleh penjual, sehingga tercapai kepuasan pelanggan dan peningkatan keuntungan bagi penjual.

E-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan ebusiness lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan dll. Bagaimanapun e-commerce telah menjadi jauh lebih canggih. Bisnis ecommerce sekarang menawarkan toko online di mana pelanggan dapat mengakses ribuan produk, pemesanan, pilih metode pengiriman yang diinginkan dan pembayaran dengan menggunakan atm, mobile-banking, atau kartu kredit mereka.

Digitalisasi juga telah menyebabkan banyak perusahaan melakukan perdagangan secara elektronik/e-commerce.  Di era digitalisasi seperti sekarang ini, e-commerce atau perdagangan elektronik telah menjadi salah satu bentuk bisnis digital yang semakin diminati oleh masyarakat. E-commerce kini mulai menguasai pasar; menggeser perusahaan yang kalah cepat menangkap respon pasar terhadap dunia bisnis online.

Ketatnya dunia e-commerce membuat masing- masing perusahaan melakukan berbagai inovasi untuk menarik minat masyarakat, salah satunya adalah dengan menjual barang dengan cara lelang. Pastinya akan banyak peluang dan tantangan yang harus dihadapi bisnis digital pada era digita ini. Keleluasaan dan kecepatan informasi menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Berbagai peluang ditawarkan oleh e-commerce kepada bisnis digital. Pertama, menggunakan platform e-commerce memungkinkan bisnis untuk menjangkau konsumen yang lebih luas tanpa terbatas pada lokasi geografis. Kedua, e-commerce dapat menurunkan biaya operasional dengan menyewa tempat usaha dan mempekerjakan karyawan. Ketiga, e-commerce memungkinkan bisnis untuk mengumpulkan data konsumen yang dapat diakses secara gratis.

Meskipun e-commerce menawarkan banyak peluang, para pelaku bisnis digital menghadapi banyak masalah. Pertama, bisnis e-commerce dapat menghadapi tantangan untuk bertahan dan berkembang karena persaingan yang ketat. Kedua, bisnis harus melakukan lebih banyak upaya untuk membangun reputasi dan kepercayaan konsumen. Ketiga, bisnis harus menghadapi risiko keamanan informasi dan privasi pelanggan.

Selain itu, pemilik bisnis diharuskan untuk berpikir out of the box untuk menghasilkan sesuatu yang unik dan tidak biasa. Namun, kesulitan ini mungkin berguna di masa depan. Pemilik bisnis akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang pasar dan produk jika mereka berusaha untuk tetap kreatif.

Dengan kemajuan teknologi, bisnis juga harus dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa sebuah perusahaan dapat bekerja sama dengan perusahaan dari seluruh dunia, dan tentu saja, perusahaan tersebut juga akan mendapatkan pesaing dari perusahaan dari seluruh dunia. Bisnis akan tertinggal dari kompetitor jika tidak dibarengi dengan inovasi yang terus menerus.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh bisnis digital dengan pendekatan komunikasi jarak jauh ini adalah ketiadaan pemimpin atau konsep "zero surveillance". Namun, ide zero surveillance sebenarnya membuka peluang untuk mengembangkan bisnis di era digital. Sebagai hasilnya, perusahaan dapat mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi, karena karyawan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kreativitas mereka karena peran penting diambil oleh semua unit karyawan, bukan hanya oleh pemimpin.

Untuk dapat menghadapi tantangan tersebut, para pelaku bisnis digital perlu mengadopsi strategi yang tepat. Pertama, perusahaan harus memperkuat branding dan reputasi mereka dengan memberikan pengalaman pelanggan yang baik dan membangun kepercayaan melalui review dan testimoni yang baik. Kedua, perusahaan harus memastikan keamanan data dan privasi konsumen dengan melindungi data mereka dengan baik. Ketiga, perusahaan harus terus berinovasi dengan menggunakan teknologi terbaru dan meningkatkan produk dan layanan mereka.

Karena aktivitas bisnis semakin tersebar luas di seluruh dunia, hubungan internasional sangat penting dalam hukum bisnis dan e-commerce. Perusahaan harus memahami dengan baik hukum dan peraturan di negara-negara di mana mereka beroperasi atau melakukan transaksi, dan mereka harus mematuhi hukum internasional sambil berkonsultasi dengan para ahli hukum internasional.

Jika dikaitkan hukum bisnis dan e-commerce mencakup aturan dan peraturan yang mengatur bisnis dan transaksi yang dilakukan secara elektronik (online) melalui platform e-commerce. Beberapa aspek hukum yang relevan dalam konteks bisnis dan e-commerce termasuk perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, perjanjian kontrak, pajak, dan privasi data.

Dalam video hasil kolaborasi antara Majalah Good dan Chris Weller (2011) sekitar 83% pembeli yang berbelanja secara online terus-menerus membagi atau berbagi informasi tentang barang yang mereka beli. Pada tahun 2008, lebih dari 83 juta pembeli online menulis testimoni dan review tentang barang yang mereka beli di media sosial, yang dibaca oleh lebih dari 116 juta pembeli lainnya.

 Selain itu, 88% pembeli Amerika melaporkan bahwa review mereka berdampak positif; 93% melakukan penelitian online sebelum membeli sesuatu; 84% menyatakan bahwa mereka percaya pada informasi yang diberikan oleh review; dan 31% dari pemberi review yang berkontribusi merasa bagian dari komunitas di situs belanja yang relevan. Pengguna jaringan media social 3 kali lebih percaya pendapat teman daripada iklan komersil.

Tingginya pertumbuhan e-commerce ini dipengaruhi pandemi Covid-19. Dilihat dari sisi perilaku konsumennya, di semua lini dagang berbasis online, tren transaksi berbasis digital terjadi peningkatan seiring banyaknya waktu orang di rumah sepanjang masa pandemi. Selain itu, adanya teknologi yang semakin mapan diiringi dengan kecepatan transaksi yang semakin mudah dan cepat sangat membantu akselerasi bisnis digital jenis tersebut. Sepanjang 2022 sejumlah perusahaan teknologi mengalami pasang surut dalam perjalanan bisnisnya.

Namun faktanya, belanja melalui gadget menyumbang sebagian besar lalu lintas e-commerce. Penjualan mobile commerce diperkirakan mencapai lebih dari setengah dari semua bisnis e-commerce pada tahun 2021, karena pengaruh smartphone dan kenyamanan jual-beli online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun