Mohon tunggu...
Nurul EmbunIsnawati
Nurul EmbunIsnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Think before speak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pandemi Covid 19: Upaya Bumi Membersihkan Diri?

5 Maret 2022   21:26 Diperbarui: 5 Maret 2022   21:38 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia.

 Pada manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan (Yunus and Rezki 2020). Virus ini sudah menyebar secara global di seluruh dunia dan disinyalir berasal dari Wuhan, China. WHO kemudian menetapkannya sebagai pandemi global.

 Semakin meningkatnya penyebaran Covid-19 ini menjadikan beberapa negara mulai menerapkan kebijakan baru. Diantaranya lock down. Lock down merupakan kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah. Lockdown juga dapat diartikan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat luas, termasuk bagi petugas kesehatan dari serangan wabah penyakit yang sedang menjalar ke segala penjuru bumi. (Ahmad 2020). 

Salah satu implementasi dari kebijakan lock down adalah work from home. Sederhananya, work from home aktivitas bekerja yang dilakukan di rumah, tanpa harus seseorang tersebut ke kantor atau ke tempat bekerjanya. Kebijakan ini dinilai dapat menekan laju peningkatan jumlah pasien yang terkonfirmasi Covid-19 (Karnon 2020). 

Adanya kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah, ikut andil dalam menurunkan emisi global. Pusat Penelitian Udara dan Energi Bersih (CREA) menyatakan bahwa terjadi penurunan pada emisi CO2 sebesar 17% hampir setengah (43%) dari penurunan emisi global, penyumbang terbanyak adalah dari penurunan polusi asap kendaraan bermotor dan pabrik manufaktur komersial (bbc.com). Peningkatan kualitas udara perkotaan terjadi selama masa pandemi. 

Observasi terkait hal tersebut dilakukan oleh NASA Earth Observatory melalui citra satelitnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan NO2 secara signifikan di Wuhan, China. Tidak hanya terjadi di Wuhan, China saja. Penurunan polusi udara sebesar 50% terjadi di kota New York, peningkatan kualitas udara di Wuhan, China meningkat sebesar 11,4%. Di Indonesia sendiri, CREA menyampaikan bahwa penurunan emisi maksimum terjadi pada titik 18,2%. 

Penurunan gas NO2 di Jakarta turun sebesar 40% dari level gas pada tahun sebelumnya. Work from home jelas memberi keuntungan bagi lingkungan. Andai setengah dari jumlah total pekerja yang bekerja di kota-kota besar kita bisa melakukan aktivitas ini, setidaknya akan menurunkan tingkat kesibukan di jalanan. 

Artinya, ikut menurunkan tingkat kemacetan, pencemaran udara, serta pencemaran suara. Lahan perusahaan yang tadinya untuk parkir kendaraan karyawan, bisa dikonversi menjadi lahan terbuka hijau yang dapat berkontribusi bagi peningkatan kesehatan lingkungan perusahaan. mengejutkan, adanya kebijakan ini ternyata berdampak positif bagi lingkungan.

Penurunan emisi selama masa pandemi belum terjadi secara luas dan dalam jangka waktu yang panjang. Kondisi tersebut hanya akan berlangsung secara sementara. Efek pandemi ini belum dapat dikatakan dapat mendorong penurunan emisi global. Dengan kondisi tersebut, jika beberapa negara kemudian melonggarkan kembali kebijakan lockdown, penurunan kualitas udara dapat mungkin saja terjadi. Baik pada tingkat lokal maupun global. 

Tinjauan berikutnya adalah pada kualitas air. Saat pemberlakuan lockdown, kegiatan pariwisata bahari dihentikan. Tingkat polusi air pun ikut menurun. Tidak hanya berdampak pada air saja, akan tetapi juga pada kondisi biota laut di dalamnya. Tingkat stress biota laut menurun, sehingga proses migrasinyapun menjadi lebih tenang. Fenomena lain terlihat di kawasan Venesia, Italia. Tempat wisata air tersebut menjadi lebih bersih, kanal yang biasanya berwarna keruh terlihat jernih selama Pemerintah Italia menerapkan peraturan lockdown.

Kondisi pandemi covid-19 tidak hanya memberikan dampak positif terhadap lingkungan, akan tetapi pada sisi lain memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif pada lingkungan yang terlihat adanya menumpuknya jumlah sampah medis. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa terdapat kenaikan jumlah sampah plastik domestik dari 1-5 gram per hari per individu. 

Hal selaras juga disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mencatat bahwa terdapat kenaikan jumlah produksi limbah medis yang mencapai 290 ton dalam seharinya (idnfinancials.com). sebagian sampah plastik berasal dari plastik kemasan makanan, dan limbah media sebagian besar berasal dari limbah APD (alat pelindung diri) yang meliputi, masker, sarung tangan dan limbah lainnya.

Berdasarkan kedua sudut pandang tersebut, dampak positif dari adanya pandemi covid-19 harus dibarengi dengan beberapa kebijakan diantaranya mitigasi, adaptasi dan program-program yang memberikan kontribusi untuk menghadapi krisis iklim. Sampah hendaknya ditangani secara menyeluruh, dengan diungkap dari sumber sampah hingga tempat pembuangan akhirnya. 

Tidak hanya itu, karena sampah dan limbah medis menjadi salah satu hal yang cukup disorot, maka penambahan sarana pra sarana untuk menghadapi penumpukkan kedua elemen tersebut perlu dilakukan. Kebijakan tersebut tidak dapat berjalan secara baik, jika hanya pembuat kebijakan saja yang melaksanakan. 

Akan tetapi perlu adanya peran masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hal-hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk mendukung kebijakan tersebut diantaranya ; mengurangi penggunaan kemasan plastik, penggunaan energi karbon yang lebih bijak termasuk juga penggunaan trasnportasi umum untuk mengurangi emisi yang dihasilkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun