Mohon tunggu...
Nurul Lutfiyah
Nurul Lutfiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Saya tidak memiliki hobi menulis, tetapi pengalaman magang membawa saya menekuni bidang ini.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kembali ke Malang, Kadit Bagikan Sudut Pandang Sukses Usia Muda di Seminar Nasional Komet XXIV

17 November 2024   19:00 Diperbarui: 17 November 2024   20:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu (17/11/24) bertempat di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Kadit kembali menjadi pembicara di seminar nasional dengan tema "Set Up Your Mind to be a Young Success in Gen Z". Ini menjadi rangkaian acara dalam KOMET (Kompetisi Matematika) XXIV yang rutin digelar setiap tahunnya. 

Bisa dibilang Kota Malang merupakan salah satu tempat favorit dari Kadit. Kota ini pernah menjadi bagian hidup semasa dirinya bersekolah. Selama tiga tahun Kadit menghabiskan masa putih abu-abunya di MAN 2 Kota Malang. Banyak memori indah yang sangat berkesan untuk dirinya. Tidak heran jika dia merasa sangat senang untuk bisa kembali ke Malang untuk menjadi pembicara di seminar nasional. 

Kali ini, Kadit membagikan sudut pandangnya seputar sukses di usia muda. Terlebih sebagai generasi Z yang akhir-akhir ini sering dipandang sebelah mata. Berikut beberapa poin yang disampaikan Kadit dalam seminar nasional tersebut.

Definisi Sukses Menurut Kadit

Setiap orang tentu memiliki definisi suksesnya masing-masing, begitu juga dengan Kadit. Menurutnya sukses adalah ketika kita sudah bisa menghadapi hal-hal baru dengan enjoy tanpa mengkhawatirkan apapun. 

"Kalau kita udah sampai di titik enjoy, ngelakuin apapun udah aman-aman aja dan misalkan ada hal baru nih, kita enggak yang sampai 'aduh gimana ya bisa gak ya bisa gak ya' ibaratnya udah sukses aja karena mau hal baru apapun yang bakal dateng kita udah siap," tuturnya.

Kadit juga menganggap bahwa sukses bukanlah titik akhir melainkan check point untuk lebih semangat dan memiliki keinginan untuk menjadi yang lebih baik lagi.

Kunci Sukses di Usia Muda

Usia muda bukan menjadi penghalang seseorang untuk meraih kesuksesan. Setiap ujian dan struggle dalam kehidupan merupakan langkah-langkah dalam mewujudkannya.

Namun, hal yang sering terlupakan adalah kita sering bersikap denial saat suatu hal terjadi dalam hidup kita. Seperti yang dituturkan Kadit, banyak orang muda yang menganggap dirinya tidak layak untuk mendapatkan sesuatu. 

Hal inilah yang menyebabkan mereka menunda-nunda dan tidak mengerjakan dengan maksimal. Padahal kesempatan itu tidak akan datang dengan sendirinya tanpa kita berusaha untuk mendapatkannya.

"Setiap orang tuh mendapatkan kesempatan yang beda-beda dan waktunya juga beda-beda, jadi kalau misalkan kita udah bisa menerima apapun kesempatan yang kita punya sekarang dan menjalani dengan semaksimal mungkin," kata Kadit

Pahami Skala Prioritas

Sebagai mahasiswa tentu memiliki kesibukan yang berbeda-beda. Ada yang hanya fokus dengan akademik, gabung organisasi, ikut kepanitiaan, hingga bekerja untuk menambah penghasilan.

Terkadang seseorang akan sulit membagi waktunya dan berujung melalaikan kewajibannya sebagai mahasiswa. Inilah yang menjadi titik poin bahwa kita harus menentukan skala prioritas pada hal-hal yang akan kita lakukan.

"Sebenernya kalau udah banyak banget kegiatan dan mungkin enggak bisa dijalanin bareng-bareng yaa biasanya itu kita dari diri sendiri gitu kita skala prioritas dulu, mana sih yang sebenarnya harus dilakuin dulu, diselesaikan dulu," Ujarnya.

Kadit juga mengungkapkan bahwa sebenarnya kita bisa-bisa saja menyelesaikan semuanya dalam satu hari asal kita tidak malas dan menunda-nunda hal tersebut. Jangan berusaha memvalidasi bahwa kita bisa melalaikan tugas karena deadline-nya masih lama. Bisa jadi, hari berikutnya terdapat tugas dan tanggung jawab lainnya yang harus segera diselesaikan. 

Nikmat itu Termasuk Tantangan

Ditanya soal tantangan, Kadit membagikan nasihat yang diperoleh dari guru sekolahnya. Gurunya mengatakan bahwa tantangan itu ada dua jenis, bisa berbentuk ujian dan nikmat. 

Yang sering kita pahami setiap tantangan itu segala hal yang menyusahkan hidup kita. Namun, sebenarnya nikmat yang kita peroleh juga dapat menjadi tantangan tentang bagaimana kita tetap bisa rendah hati dan selalu bersyukur.

"Mungkin sebagai manusia ngerasa 'oh tantangan itu yang susah-susah doang' kayak ujian, bagaimana cara kita bangkit atau gimana caranya kita bisa bertahan dan yang kita lupa adalah nikmat itu sebenarnya tantangan juga, kayak bagaimana caranya kita tetep down earth," jelas Kadit.

Walaupun nikmat sering diwarnai dengan kesenangan, sudah sepatutnya kita untuk menghadapinya dengan mindset hal tersebut dapat membuat kita menjadi lebih baik lagi.

Tanamkan Mindset "Aku Pasti Bisa"

Banyak orang yang mempunyai pikiran negatif sebelum melakukan sesuatu. Hal ini membuat mereka menutup setiap kesempatan dan hal-hal baik yang akan datang.

Menurut Kadit, sudah saatnya kita perlahan menghapuskan mindset tersebut dengan yakin bahwa kita masih punya waktu dan kesempatan untuk dipergunakan sebaik mungkin. Tidak akan ada kata kalah sebelum ada yang memvalidasi diri kita gagal atau kalah.

"Jadi memang dari awal kita harus punya mindset 'oke aku bisa nih' mau susah mau gampang atau gimana yaa jalani dululah, selagi masih ada kesempatan, masih ada waktu yaa itu bukan akhir buat aku," Ujarnya.

Dia juga menuturkan bahwa kegagalan yang pernah kita dapatkan tidak serta merta menjustifikasi akan gagal juga di kemudian hari. Hal ini justru bisa menjadi bahan evaluasi dan introspeksi agar tahu letak salah dan kurangnya kita.

Lebih lanjut, Kadit menekankan bahwa setelah kita gagal dan melakukan introspeksi bukan berarti juga kita akan langsung berhasil, tetapi kita harus percaya bahwa masih punya kesempatan dan kemungkinan. 

Jangan Meremehkan Hal-Hal Kecil

Banyak kesuksesan yang berasal dari hal-hal kecil, salah satunya adalah teman yang saling mendukung dan menghargai. Bukan berarti membatasi pertemanan, tetapi kita harus memilih mana teman yang mengarahkan pada hal-hal baik.

Kadit memberikan contoh kecil seperti dalam mengerjakan sebuah tugas. Ketika teman kita menunda-nunda dalam mengerjakannya, bisa jadi kita terpengaruh untuk melakukan hal yang sama.

Kejadian tersebut mengingatkan kita pada nasihat, "Jika engkau dekat dengan penjual minyak wangi, maka paling tidak akan mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, jika engkau dekat dengannya akan mendapatkan bau yang tidak enak atau bajumu terbakar."

Terdengar sepele, tetapi hal tersebut dapat menentukan bagaimana langkah kita untuk menuju kesuksesan. Setiap hal-hal kecil dapat berpengaruh pada hal-hal yang lebih besar.

"Jangan meremehkan hal-hal kecil karena bisa jadi suatu saat itu bakal berpengaruh pada hal-hal besar di kemudian hari," Ungkap Kadit.

Acara seminar nasional yang dihadiri Kadit ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh peserta untuk mempersiapkan kesuksesan di masa depan. Penulisan artikel ini dibantu oleh Kak Ra (x/alaydrustulen) yang hadir secara langsung dalam seminar nasional tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun