Philia Hikmah bermakna 'mencintai ilmu' sedangkan Sophia bisa bermakna 'bijaksana' atau 'kebijaksanaan'. Dengan memberi nama Philia Hikmah, sang orang tua berharap dan berdoa semoga sang putra kelak menjadi anak yang suka belajar dalam arti luas, mencintai ilmu pengetahuan, dan pandai mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Dengan memberi nama Sophia, sang orang tua berharap dan berdoa bahwa kelak anaknya menjadi orang yang bijaksana dalam menyikapi setiap peristiwa.
Sebaliknya, nama juga mencitrakan seseorang menjadi sangat buruk dan terstigma. Spanish Flu atau flu Spanyol akan mencitrakan bangsa Spanyol sebagai sumber penyakit yang menjadi pandemi di tahun 1920. Meski wabah ini tidak berawal dari negeri Spanyol, tetapi karena Spanyol dijadikan nama, maka publik akan menganggap negara Spanyol sebagai tempat tumbuhnya wabah tersebut. Sungguh, ini bukan hal yang menguntungkan bagi bangsa dan rakyat Spanyol.Â
Mungkin karena alasan inilah WHO menghindari menyebut nama negara atau wilayah atau nama seseorang ketika akan memberi nama penyakit yang tahun 2019-2021 mewabah di seantero planet bumi.Â
Andaikan pandemi tersebut dinamai Wuhan Corona, maka hampir bisa dipastikan betapa terstigmanya kota Wuhan dan ini akan berimplikasi pada munculnya sikap rasis dan anti Wuhan. Sungguh, bukan situasi yang sehat baik secara mental maupun sosial.
Nama bukanlah sesuatu yang random. Mungkin begitulah kesimpulan yang pas untuk tulisan ini. Di baliknya ada pola, ada sejarah, dan ada doa. Mencermati nama, kita bisa belajar banyak tentang keteraturan bahasa, kita bisa menggali sejarah, kita juga bisa 'mendengar' doa yang terpanjat oleh pemberi nama. Name is not nothing, but something.Â
Malang, 6 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H