Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Bisa Sekaligus Terapi Emosi, Lho!

30 September 2016   15:44 Diperbarui: 30 September 2016   17:13 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Menulis untuk Menghilangkan Reaksi Emosi Tertentu

Ketika seseorang menuliskan pengalaman emosional, maka terjadi pengulangan dan pemaparan kejadian-kejadian yang bermuatan emosi negatif tersebut. Ketika terjadi pengulangan, muatan emosi tertentu justru dapat menurun dan bahkan menghilang. Sesuatu yang diulang-ulang justru bisa menjadikan kita memandang suatu kejadian itu “biasa saja” dan tidak lagi membangkitkan ketegangan.

Menulis Sebagai Sarana Katarsis

Efek terapiutik dari menuliskan pengalaman emosional, dapat dikaitkan dengan unsur pelepasan emosional (katarsis). Seseorang yang mampu melepaskan emosinya melalui tulisan, dapat tetap mengalami emosi tertentu namun dalam kadar yang aman dan pada konteks saat ini. Tidak diakumulasikan dengan beban-beban emosi masa lampau secara berlebihan.

Penyingkapan pengalaman emosional melalui menulis dapat membantu memberikan celah bagi emosi-emosi negatik untuk sedikit demi sedikit dikeluarkan sehingga keterbangkitan emosi terkait pengalaman negatif (ataupun pengalaman traumatis) tertentu bisa berkurang.

Yuk Menulis

Proses terapi itu melalui tulisan banyak terkait dengan mengenal diri sendiri, memaknai ulang berbagai peristiwa yang emosional dalam frame yang lebih positif, berdamai dengan diri dan pengalaman hidup, dan hal-hal yang membuat kita lebih produktif dan sehat secara menyeluruh (dalam berbagai aspek: fisik, emosi, sosial, spiritual). Menulis sebagai terapi bisa kita maknai secara subjektif, namun apabila tulisan itu ternyata bermanfaat bagi diri kita, sangat mungkin tulisan itu juga bermanfaat bagi banyak orang di luar sana.

Maka, apapun yang kita tulis. Dalam blog pribadi, dalam media citizen journalism seperti kompasiana ini, atau tweet dan status di media sosial, perlu kita pertimbangkan kadar kebermanfaatannya. Tulisan yang relatif lengkap seperti kisah yang tertulis di buku atau tulisan dalam artikel yang utuh, bagi saya lebih potensial diambil manfaatnya dibandingkan status-status sarat emosi yang mungkin dimaksudkan sebagai katarsis, namun justru bisa merugikan diri sendiri.

Pada prinsipnya, ketika kita ingin menulis yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, kita juga perlu mempertimbangkan media yang tepat.

Salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun