Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apa Saja Persiapan (Calon) Ibu Menyusui yang Berkarir?

4 Agustus 2016   13:20 Diperbarui: 4 Agustus 2016   14:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Info Manajemen Asi Perah (sumber: http://aimi-asi.org)

Pro Kontra Sufor dan Asi

Tentang historis bagaimana masyarakat kita didominasi para ibu-ibu menyusui, kemudian dalam suatu masa begitu banyak yang beralih ke susu formula, lalu pada suatu titik kembali muncul kesadaran pentingnya asi untuk tumbuh kembang anak, saya kira kita bisa search info tentang hal itu. Saya enggan larut dalam perdebatan itu. Namun saya jelaskan posisi saya dalam hal ini. Saya termasuk ibu pro asi. Lalu apa yang saya hendak bahas. Yakni bagaimana kita bisa memberikan support tanpa menghakimi sesama ibu yang juga berjuang memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.

Motherhood merupakan jalan panjang yang unik bagi masing-masing ibu. Saya menghargai jalan yang telah ibu-ibu lain alami. Dan saya harap demikian pula dengan ibu-ibu sekalian.

Apa Yang Penting untuk Busui Sebelum dan Sesudah Kelahiran Bayi?

Yang pertama, dari pengalaman saya. Pilihlah Rumah Sakit / Dokter / Bidan / Klinik yang support menyusui. Itu sangat penting. Memang kita perlu banyak tanya, banyak mencari informasi. Bila perlu kita juga lakukan survey langsung ke tempat yang kita rencanakan untuk melahirkan tersebut.

Pengalaman saya pribadi, hal itu sangat membantu kita. Terutama untuk para ibu yang baru melahirkan dan menyusui anak pertamanya. Saat itu saya menjatuhkan pilihan pada sebuah rumah sakit swasta di kota saya. Setelah melakukan perbandingan dengan beberapa rumah sakit lain, setelah mengikuti beberapa kegiatan dan edukasi kesehatan di beberapa tempat, dan setelah berdiskusi dengan suami, saya memilih Rumah Sakit A.

Saya bersyukur, pilihan itu kami rasa tepat. Saya sangat merasa terbantu, ketika tempat kita melahirkan 100 % mendukung busui. Tenaga dokter, bidan, perawat,dan semuanya. Pengalaman saya, menyusui itu enggak segampang yang dibayangkan pada awalnya. Padahal, selama masa kehamilan saya merasa sudah menyiapkan diri dengan mempelajari berbagai artikel kesehatan, sampai yang dilengkapi gambar seperti buku Ibu Oetami Roesli juga telah saya pelajari. Namun, dukungan dan bantuan semua pihak, terutama di minggu-minggu pertama menjadi busui sangat membantu sekali.

Bagaimana posisi perlekatan yang tepat sehingga busui tidak kesakitan tiap kali menyusui. Itu sangat penting. Dan, jangan sekali-sekali mendengarkan omongan orang yang heartless dan tidak bertanggung jawab seperti, “ih ngapain belajar sih, sapi aja juga bisa menyusui… itu alami.. hewan aja bisa, apalagi manusia!” Menyusui adalah hak kita: hak bayi, hak ibu, dan kewajiban kita semua untuk mendukungnya. Menyusui adalah pengalaman bonding yang istimewa dan memiliki dampak luar biasa bagi bayi kita. Tetap semangat, ya!

Perawatan payudara supaya asi lancar, asupan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, manajemen stres yang baik, hal ini juga penting. Kalau ada semacam kelas persiapan kelahiran dan menyusui, biasanya dokter dan bidan yang mengisi acara juga mengedukasi tentang hal ini.

Di tempat lairan yang tepat, para bidan dan perawat sangat concern, care, dan support kita yang sedang berjuang menyusui dengan (posisi yang) benar. Bel dipencet berapa kali sehari pun, mereka siap sedia untuk membantu kita dengan sabar dan dengan masukan yang benar. Mereka juga tidak akan “mensabotase” upaya dan ijtihad kita itu dengan memberi si bayi cairan pre lactal seperti sufor, karena cadangan bayi cukup untuk ia bertahan tiga hari, itu yang tertulis di berbagai artikel kesehatan yang saya baca. Dalam pengalaman saya dua kali melahirkan melalui operasi cesar, karena kepala bayi yang tidak turun ke panggul, bayi tetap bisa langsung memperoleh asi dan rawat gabung bersama ibu. Memang sakit sekali, terus terang saja, karena luka operasi juga masih sangat terasa. Namun, karena yakin ini demi si kecil, saya berupaya keras untuk tetap menyusui bayi saya dengan posisi yang tidak menekan luka jahitan operasi. Semangaattt, Busui!

Yang Ke dua, Dukungan dan Empati dari Keluarga. Para ibu terkadang protes, “Enak aja… selalu ibu-ibu yang disalahkan! ” ehem…ehem…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun