Dalam kehidupan sehari-hari ada teman-teman, rekan, kolega, atau sanak famili yang tiba-tiba murung dan menarik diri. Ada pula teman-teman atau orang-orang di sekitar kita yang mengeluh "duuh, aku depresi nih!" Dan kasus depresi tidak melulu menimpa orang berusia dewasa, melainkan bisa juga terjadi pada remaja dan anak-anak.
Depresi Bisa Terjadi Pada Siapa Saja
Kita masih ingat kasus kematian aktor terkenal Robin Williams kan? Sontak dunia terkejut...betapa depresi dapat menyergap siapapun. Siapa yang menyangka, aktor yang dalam hidupnya menjadi sosok yang menginspirasi dan juga ceria serta jenaka..juga bisa terkena depresi.
Depresi memang "mematikan"...ia bak kecupan dementor dalam Harry Potter. Ia menyedot habis seluruh energi positif dan menghapus kebahagiaan.
Rekan kerja yang depresi bisa berubah dari seorang yang smart, ceria, dan supel menjadi seseorang yang terus bersedih, menarik diri, loner, dan annoying. Seorang ibu yang energetic dan penuh kasih sayang, bisa berubah menjadi super melankolis, terus terusan menangis, dan tak bisa melihat sisi cerah dari kehidupan.Â
Bahkan ia bisa jadi tidak lagi bisa mengasuh anak-anak dengan baik. Seorang anak yang depresi bisa berubah, dari anak yang ceria dan penuh percaya diri, menjadi anak yang murung, menutup diri, dan rendah diri. Ia bahkan tak lagi semangat bermain, enggan belajar, menolak bertemu teman-temannya.Â
Jadi, kebayang kan bahaya depresi bagi individu dan juga keluarga?
Depresi dan Kesedihan: Apa Bedanya?
Dalam dunia psikologi klinis, tidak semua kondisi seseorang yang sedih dan murung serta merta digolongkan depresi. Dan tidak semua kondisi depresi itu mudah dikenali.
Ada beberapa ciri khas depresi: