Mohon tunggu...
Nurul Hidayati
Nurul Hidayati Mohon Tunggu... Dosen - Psychologist

Ordinary woman; mom; lecturer; psychologist; writer; story teller; long life learner :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hantu MOS Itu Bernama Bullying

17 Juli 2016   08:53 Diperbarui: 18 Juli 2016   08:22 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orientasi Siswa. Liputan6.com

Yang kedua: Bullying merupakan kegiatan yang bertujuan, bukan kegiatan yang random atau spontanitas belaka. Siswa yang melakukan bullying sudah pasti tahu dia melakukan hal yang menyakiti / mempermalukan/ membuat tidak nyaman siswa lain. Maka, apabila sistem perploncoan dalam MOS tidak dilarang, maka kita (dan juga Negara) telah melegalisasi bullying. Bullying identik dengan kekerasan, dan kita tidak mau menjadi pihak yang mengamini kekerasan terjadi di institusi pendidikan seperti sekolah, bukan?

Yang ketiga: Bullying melibatkan tindakan yang tidak menyenangkan. Mulai dari bullying secara verbal (olok-olok, ejekan, bentakan), bullying secara fisik (mendorong, mencubit, memukul, menendang, menjegal), bullying secara psikis (mengintimidasi, meneror), bullying secara sosial (mengucilkan, mengasingkan), dan bullying jenis baru: bullying melalui media sosial. Semuanya sama, membuat korban mengerut takut, menangis, tidak nyaman, dan bisa juga mengalami trauma, fobia sekolah, dan memikirkan serta melakukan hal-hal yang lebih ekstrim (suicidal thought and efforts) yang untuk merehabilitasinya membutuhkan intervensi para professional (psikolog dan psikiater).

Say No To Bullying

Kita bukan hanya perlu Say No To Drugs, Say No To Pornografi, Tapi Juga Harus Say No To Bullying! Dan langkah Kemdikbud melarang MOS (yang identik dengan perploncoan dan bullying) adalah satu lompatan besar untuk mengikis habis bullyingdalam sistem pendidikan kita. Saya sangat mendukungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun