Mohon tunggu...
Nurtsania Widi
Nurtsania Widi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Menulis adalah caraku bercerita

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terus Menunggu

10 Januari 2025   21:56 Diperbarui: 10 Januari 2025   21:56 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.freepik.com

Ketika mereka sibuk dengan kebahagiaan cinta yang seolah tak akan sirna. Aku sibuk memikirkan bagaimana caranya melanjutkan program ekstensi D3 Hubungan Masyarakat tetapi ke S1 Psikologi.

Ketika mereka sibuk dengan gosip bahwa si A putus dengan kekasihnya yang telah menjalin hubungan hampir 5 tahun. Aku sibuk mengikuti kursus gratis untuk mengembangkan skill tertentu agar kelak bisa bekerja di perusahaan idaman hampir setiap gen Z, yaitu SCBD.

Dan ketika mereka sibuk menabung untuk membelikan jam tangan mewah sebagai hadiah ulang tahun Sang Kekasih. Aku sibuk menabung agar kelak setelah lulus kuliah aku bisa ikut pelatihan Bahasa di Kampung Inggris.

Ya, Aku sibuk sendiri dengan masa depanku.

Sama sekali tidak terlintas di pikiranku bahwa Aku lebih baik dari mereka karena telah memikirkan dan merencanakan masa depan dengan sedemikian jauhnya. Justru, Aku kasihan pada diriku sendiri.

Kasihan karena telah tertinggal banyak hal. Kasihan karena tidak merasakan apa yang kebanyakan anak muda rasakan. Dan kasihan karena memiliki dunia yang tampaknya berbeda.

Jika kalian bertanya "Apakah ada keinginan dari dirimu untuk keluar dari zona kasihan tersebut?"

Maka akan ku jawab "Tidak Tahu!"

Hatiku mengatakan bahwa Aku harus menyudahi semua ini dan mulai melakukan apapun yang ku mau, You Only Live Once. Namun, akal sehatku menolak dan berkata "Jangan! Kamu memang punya keinginan, tapi Tuhanmu punya peraturan!"

Mungkin kalian akan bertanya kembali "Loh mengapa bawa-bawa Tuhan? Apa yang sebenarnya kau mau?"

Biar ku jelaskan...

Aku mau merasakan diantar jemput oleh seseorang. Aku mau ada seseorang yang mendengarkan hal random yang terjadi pagi tadi. Aku mau merasakan kebahagiaan bersama dengan seseorang yang menghargai keberadaanku. Ya, Aku mau seseorang itu ada di hidupku. 

Aku memang mau, tetapi aku ingat bahwa Tuhan juga mau aku mematuhi perintah-NYA

Aku sadar..... mungkin sampai waktu yang telah ditentukan oleh Sang Maha Baik Aku akan terus seperti ini; Menjalani hidup yang membosankan.

Sampai waktu itu datang, mungkin Aku akan terus berteman dengan perencanaan masa depan. Walau kadang kepala ini seperti ingin pecah tiap kali memikirkannya, tapi ku rasa itu lebih baik daripada harus memikirkan masa lalu. Bagiku, masa lalu tempatnya di belakang, sedang langkah kehidupan selalu membawaku melaju ke depan.

Sampai waktu itu datang, mungkin aku akan terus mengasihani diriku sendiri. Memang terlihat menyedihkan, tetapi jika dipikir ulang, inilah kehidupan. Kita yang 'hanya numpang' tidak bisa seenaknya.

Dan di sinilah kurasa bahwa akal sehatku menang. 

Kuputuskan untuk seseorang itu ada di hidupku dengan versi yang disukai Tuhan. Walau tak mudah, tetapi memang ini yang harus ku lakukan.

Maka sampai waktu itu datang, kusampaikan bahwa......

Aku akan terus menunggu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun