sibuk dengan kebahagiaan cinta yang seolah tak akan sirna. Aku sibuk memikirkan bagaimana caranya melanjutkan program ekstensi D3 Hubungan Masyarakat tetapi ke S1 Psikologi.
Ketika merekaKetika mereka sibuk dengan gosip bahwa si A putus dengan kekasihnya yang telah menjalin hubungan hampir 5 tahun. Aku sibuk mengikuti kursus gratis untuk mengembangkan skill tertentu agar kelak bisa bekerja di perusahaan idaman hampir setiap gen Z, yaitu SCBD.
Dan ketika mereka sibuk menabung untuk membelikan jam tangan mewah sebagai hadiah ulang tahun Sang Kekasih. Aku sibuk menabung agar kelak setelah lulus kuliah aku bisa ikut pelatihan Bahasa di Kampung Inggris.
Ya, Aku sibuk sendiri dengan masa depanku.
Sama sekali tidak terlintas di pikiranku bahwa Aku lebih baik dari mereka karena telah memikirkan dan merencanakan masa depan dengan sedemikian jauhnya. Justru, Aku kasihan pada diriku sendiri.
Kasihan karena telah tertinggal banyak hal. Kasihan karena tidak merasakan apa yang kebanyakan anak muda rasakan. Dan kasihan karena memiliki dunia yang tampaknya berbeda.
Jika kalian bertanya "Apakah ada keinginan dari dirimu untuk keluar dari zona kasihan tersebut?"
Maka akan ku jawab "Tidak Tahu!"
Hatiku mengatakan bahwa Aku harus menyudahi semua ini dan mulai melakukan apapun yang ku mau, You Only Live Once. Namun, akal sehatku menolak dan berkata "Jangan! Kamu memang punya keinginan, tapi Tuhanmu punya peraturan!"
Mungkin kalian akan bertanya kembali "Loh mengapa bawa-bawa Tuhan? Apa yang sebenarnya kau mau?"
Biar ku jelaskan...