Seolah tidak ada yang dengar suara wanita itu, penghuni kursi prioritas tersebut maupun kursi biasa, tetap tidak ada yang mau berdiri memberi tempat bagi si wanita hamil tersebut.Â
Tiba-tiba seorang pria, yang dari tadi duduk di kursi prioritas, berdiri dan mempersilahkan wanita hamil itu duduk.
"Bu...duduk di kursi saya ini Bu. Saya masih kuat berdiri koq, ibu duduk aja di sini," kata pria itu, sambil tangannya meraba-raba dan berusaha meraih tongkatnya. Oh....dia rupanya pria disabilitas (maaf, tuna netra).
Begitulah kondisi penumpang di setiap gerbong kereta Commuterline Jabodetabek, nyaris setiap hari. Terkesan, tidak ada lagi rasa solidaritas, kepedulian antarsesama, khususnya bagi manusia normal terhadap saudaranya, terutama kepada lansia, wanita hamil dan kaum disabilitas.
KOQ ADA ODGJ ?
Yang mengagetkan dalam perjalanan saya dengan kereta Commuterline Jabodetabek ini, saat dari Jakarta pulang ke Bekasi. Ketika saya turun di Stasiun Bulan-bulan Kota Bekasi, terjadi kegaduhan di dekat lift penumpang. Kata petugas, ada (maaf) Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) -- istilah halus dari sebutan orang gil*
Dia seorang pria bertelanjang dada, hanya memakai celana kolor tanpa alas kaki, terlihat jongkok persis di depan pintu keluar penumpang dari dalam gerbong. Dia terlihat mengucapkan sesuatu, tapi tidak jelas yang mereka maksud. Petugas security pun terlihat bingung.
Satu di antara petugas security tersebut, segera menarik tangan pria yang sedang jongkok itu. Meski sedikit meronta dan melakukan penolakan, dia tetap ditarik dan diseret ke dalam lift yang pintunya segera tertutup. Entah dibawa kemana pria bertelanjang dada tersebut.
Pertanyaannya sekarang, dari mana atau melalui pintu mana, si pria ODGJ tersebut sampai bisa masuk, dan berada di area stasiun dan bergabung dengan penumpang Commuterline?
Ya. Kita saja yang penumpang umum, harus beli kartu, top up, dan melewati pemeriksaan yang ketat dengan diawasi petugas security stasiun dari PT KAI. Ini yang perlu dijelaskan pihak pengelola Commuterline.