Mohon tunggu...
Wartawan Bangkotan
Wartawan Bangkotan Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencoba melihat peristiwa dari sudut pandang yang lain

Wartawan biasa yang tidak pernah mau pensiun menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Repotnya Ibu Hamil, Lansia, Disabilitas di Commuterline

10 Oktober 2024   09:28 Diperbarui: 10 Oktober 2024   10:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mejeng di stasiun Klender Baru Jaktim. Input sumber gambar : Nur Terbit 

IBU HAMIL, LANSIA, DISABILITAS & KERETA COMMUTER LINE JABODETABEK - Catatan : Nur Terbit

Anda pernah naik kereta di saat jam sibuk? Beginilah situasi di salah satu gerbong kereta api Commuterline Jabodetabek pagi itu, Rabu 9 Oktober 2024, pukul 06.53 WIB.

Saya mengalami sendiri saat perjalanan kereta Commuterline, dari Bekasi ke Jakarta (yang kini bukan ibukota lagi).

Jam sibuk seperti pagi itu, adalah situasi yang paling krodit. Sehingga jelas setiap gerbong kereta Commuterline, penuh sesak dengan penumpang. Tak ada bangku tersisa,  termasuk kursi yang "prioritas" bagi disabilitas, lansia dan ibu hamil.

Kereta Commuterline Jabodetabek. Input sumber gambar: Nur Terbit
Kereta Commuterline Jabodetabek. Input sumber gambar: Nur Terbit

KURSI PRIORITAS

Bisa dimaklumi, sebab kondisi seperti ini adalah saatnya berangkat kerja bagi para commuter -- istilah bagi warga Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang bekerja di Jakarta.

Tak terkecuali saya dan para pengguna "kursi prioritas". Koq saya termasuk? Ya maklum kaum lansia alias lanjut usia. Nah kursi inilah yang sering jadi masalah dan "diperebutkan" seperti mereka yang "berebut" kursi DPR di Senayan dan di Kabinet 🤣

Padahal diketahui bersama, kursi ini diprioritaskan khusus kepada penumpang lansia, wanita hamil, membawa anak balita dan kaum disabilitas. Tapi kenyataannya, banyak yang masih muda ikut duduk di sini, bahkan pura-pura tidur.

Seperti kejadian yang saya alami dan saksikan sendiri, saat naik kereta Commuterline Bekasi - Jakarta, Rabu pagi 9 Oktober 2024. Penumpang sudah berjejal dari Stasiun Bekasi Timur, memenuhi gerbong yang membawa penumpang dari stasiun awal Cikarang, Kabupaten Bekasi, dan terus bertambah setiap kali berhenti di stasiun menjelang masuk Jakarta.

"Ibu hamil... ibu hamil. Tolong ada yang gak hamil?, kasih kursi dong..," suara seorang wanita yang baru naik dari Stasiun Bulan-bulan Kota Bekasi. Si wanita hamil ini bergerak pelan, diantara ketiak, lengan kekakr dan badan pria besar yang berdiri di sepanjang koridor gerbong kereta.

Seolah tidak ada yang dengar suara wanita itu, penghuni kursi prioritas tersebut maupun kursi biasa, tetap tidak ada yang mau berdiri memberi tempat bagi si wanita hamil tersebut. 

Tiba-tiba seorang pria, yang dari tadi duduk di kursi prioritas, berdiri dan mempersilahkan wanita hamil itu duduk.

"Bu...duduk di kursi saya ini Bu. Saya masih kuat berdiri koq, ibu duduk aja di sini," kata pria itu, sambil tangannya meraba-raba dan berusaha meraih tongkatnya. Oh....dia rupanya pria disabilitas (maaf, tuna netra).

Begitulah kondisi penumpang di setiap gerbong kereta Commuterline Jabodetabek, nyaris setiap hari. Terkesan, tidak ada lagi rasa solidaritas, kepedulian antarsesama, khususnya bagi manusia normal terhadap saudaranya, terutama kepada lansia, wanita hamil dan kaum disabilitas.


KOQ ADA ODGJ ?

Yang mengagetkan dalam perjalanan saya dengan kereta Commuterline Jabodetabek ini, saat dari Jakarta pulang ke Bekasi. Ketika saya turun di Stasiun Bulan-bulan Kota Bekasi, terjadi kegaduhan di dekat lift penumpang. Kata petugas, ada (maaf) Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) -- istilah halus dari sebutan orang gil*

Dia seorang pria bertelanjang dada, hanya memakai celana kolor tanpa alas kaki, terlihat jongkok persis di depan pintu keluar penumpang dari dalam gerbong. Dia terlihat mengucapkan sesuatu, tapi tidak jelas yang mereka maksud. Petugas security pun terlihat bingung.

Satu di antara petugas security tersebut, segera menarik tangan pria  yang sedang jongkok itu. Meski sedikit meronta dan melakukan penolakan, dia tetap ditarik dan diseret ke dalam lift yang pintunya segera tertutup. Entah dibawa kemana pria bertelanjang dada tersebut.

Pertanyaannya sekarang, dari mana atau melalui pintu mana, si pria ODGJ tersebut sampai bisa masuk, dan berada di area stasiun dan bergabung dengan penumpang Commuterline?

Ya. Kita saja yang penumpang umum, harus beli kartu, top up, dan melewati pemeriksaan yang ketat dengan diawasi petugas security stasiun dari PT KAI. Ini yang perlu dijelaskan pihak pengelola Commuterline.

Demikian #kisahbangnurterbit kali ini. Semoga menjadi perhatian pihak yang berwenang, demi kenyamanan dan keamanan penumpang kereta Commuterline. Salam Nur Terbit

#nurterbit #keretacommuterline #KA #jabodetabek #ptkeretaapi #kisahbangnurterbit PT KAI The Commuter Commuter Line


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun