Prof. Mahfud menceritakan bahwa ketika kejadian tengah berlangsung dirinya sedang berada di Mekah dan tanpa panjang lebar dirinya langsung mengabarkan kepada stafnya dan menanyakan perihal kasus tersebut.
"Ini sedang ada kasus apa di Indonesia, seperti kasus yang serius tapi kenapa sepi-sepi saja?" tanya Prof. Mahfud.
"Tidak ada apa-apa, Pak. Sudah saya cek," kata Mahfud menerangkan jawaban stafnya yang berada di Indonesia. Pukul 13:00 waktu Mekah.
Sore harinya stafnya kembali mengabarkan bahwa ternyata kasus tersebut merupakan kasus besar dan kasus yang amat serius. "Bapak harus bicara," ungkap stafnya melalui telepon.
Pada saat itu juga Prof. Mahfud menanggapi kasus tersebut melalui siaran langsung dari beberapa stasiun TV. "Ini harus diungkap, ini bukan tembak-menembak, ini pasti pembunuhan," ungkapnya pada rekan wartawan media.
Tidak lama setelah itu Prof. Mahfud kembali ke Indonesia dan dirinya merasakan bahwa dalam kasus ini terjadi pembungkaman secara halus.
Mulai dari pihak Kompolnas yang mengatakan bahwa ini adalah hanya kasus penzaliman, dengan dalih bahwa Ferdy Sambo datang dengan berlinangan air mata lalu mengatakan, "Saya dizalimi, saya dizalimi". Lalu debat dengan pengacara dari DPR yang mengatakan, "Apaan ini Menteri Koordinator, kok, jadi menteri komentator", dan masih banyak lagi.
Menurut Prof. Mahfud MD ada beberapa kunci yang akhirnya dapat mengupas tuntas permasalahan tersebut, yaitu dengan melakukan 'bedol desa' di lokasi kejadian dengan memindahkan seluruh staf dan jajarannya. Karena dalam kasus Sambo banyak pihak berusaha menghilangkan jejak dengan mengacak-acak tempat kejadian perkara.
Bahkan sampai ketika dirinya sedang rapat mengenai kasus tersebut pasti berhasil dibocorkan kepada orang-orang di luar yang terlibat.
Setelah 'bedol desa' Prof. Mahfud juga selalu mengajak para pers untuk terus mengawal kasus ini hingga tuntas, setiap episode setiap sidang setiap hal yang terlibat dalam kasus ini harus diperlihatkan kepermukaan.
Dengan perencanaan yang matang dengan pemecahan yang serius dan dengan kolaborasi dengan seluruh staf akhirnya kasus ini dapat diungkap dan berhasil dinyatakan bahwa dalang dari semua kasus ini adalah, tidak lain dan tidak bukan Ferdy Sambo sang panglima tertinggi Polri.