Dalam dua puluh enam  Episode buku Merawat Danyang Jurnalisme, dua puluh tiga halamannya adalah cerita dirinya dalam mengawal kasus Ferdy Sambo dalam keterlibatan kasus pembunuhan ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Untuk  judul buku Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Budiman mencoba mengutarakan dialog-dialog internalnya dalam redaksi Kompas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang dapat ditinggalkan kepada rekan-rekan muda di Kompas ketika dirinya memasuki masa purnatugas.
Dalam dialognya dengan Sukidi (Pemikir Kebinekaan) sekaligus editor buku Merawat Keindonesiaan dan Kemanusiaan. Bahwa selain dari kekuasaan, dalam buku tersebut juga menjelaskan tentang korporasi dan inspirasi yang ia dapat dalam perjalanan 35 tahunnya.
Bedah Buku Menjaga Danyang Jurnalisme Bersama Prof. Mahfud MD
Dalam keterlibatannya dalam mengupas kasus Ferdy Sambo, mantan Menkopolhukam ini sangat melibatkan peran wartawan di dalamnya.
Menurut Prof. Mahfud banyak sekali kasus yang amat sangat besar dan serius itu tenggelam karena tidak ada yang berani mengangkat, mulai dari pejabat sampai dengan rakyat.
Dengan melempar beragam kasus kepada media maka dengan sendirinya publik dan masyarakat akan bergerak, dan langkah ini selalu Prof. Mahfud gunakan ketika menumpas kasus-kasus besar.
Prof. Mahfud merasa jika dirinya hanya mengandalkan instasi pemerintahan seolah-olah dia hanya bekerja sendirian.
Begitu pun awal mula kasus Sambo yang diberitakan. Awal mula hanya sebuah tragedi kecelakaan tembak-menembak dengan data yang tidak jelas. Itu pun beritanya baru muncul setelah tiga hari pasca kejadian di lokasi.
Hanya satu orang yang berani menyuarakan, yaitu Teguh Sugeng Santoso.Â