Karya yang kedua yaitu "Urat Ni Nangka Matu Urat Ni Hotang, Tudia Hamu Mangalangka Di Si Ma Dapotan". Yang mengadopsi dari peri bahasa Batak bermakna "Kemana engkau pergi semoga disitu mendapat keberuntungan". Kedua aksara pada lukisan tersebut merupakan sarana komunikasi zaman dahulu yang kemudian berkembang hingga tercipta huruf alfabet seperti sekarang, bahkan hingga berkembang menjadi sebuah kode digital seperti QR kode ataupun barcode.
- M. Hady Santoso.
Berkarir di industri kesenian sejak 1991, membuatnya untuk konsisten menggunakan gestur warna yang kontrasnya tinggi, ia memaknai petilasan keecerdasan manusia melalui seni yang kemudian di goreskan diatas kanvas.
Karya yang di buat pada pameran Titimangsa bertema "Jejak peradaban nusantara", yang melukiskan gua purba di Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua adalah jejak sejarah nenek moyang di masa lalu.
Karya yang kedua "Melipat waktu", terinspirasi dari otak manusia yang mengalami perubahan demi perubahan seiring berkembanganya AI dan teknologi lainnya.
- Mochammad Solech
 Seniman berkelahiran Surabaya ini tertarik dalam berbagai bidang kesenian mulai dari desain, fotografi, animasi hingga digital art. Karya yang dipamerkan ada dua tema yaitu "Meretas Batas" dan "Harmoni".
"Meretas batas" merupakan lukisan dari gambaran akan konflik internal seorang anak suku pedalaman yang hidup secara tradisional dan modern. Ini merupakan gambaran tentang bagaimana mereka beradaptasi dengan teknologi seperti AI akan tetapi harus tetap mempertahankan nilai kebudayaan yang dimilikinya.