Mohon tunggu...
Nursyifaul ummah
Nursyifaul ummah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI PENGOBATAN TRADISIONAL UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

muda berkelana ,tua bercerita !!!

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Legenda Bau Nyale

20 Mei 2024   17:35 Diperbarui: 20 Mei 2024   17:40 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

LEGENDA DI BALIK TRADISI BAU NYALE: FESTIVAL TAHUNAN LOMBOK YANG MEMESONA.

Festival Bau Nyale adalah tradisi tahunan yang dipegang teguh oleh masyarakat suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini menampilkan kekayaan adat istiadat dan warisan budaya suku Sasak, khususnya dalam ritual penangkapan cacing laut yang disebut Nyale. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak "Bau" yang berarti menangkap dan "Nyale" adalah cacing laut yang berwarna-warni.

Asal-Usul Tradisi Bau Nyale

Legenda tentang Putri Mandalika dari Kerajaan Tonjang Beru menjadi asal-usul dari Festival Bau Nyale di Lombok. Putri Mandalika dikenal sebagai sosok yang sangat cantik dan terpandang di kalangan rakyatnya. Ia adalah putri dari Permaisuri Dewi Seranting dan Raja Tonjang Baru yang dikenal bijaksana dan rendah hati. Kecantikan dan kelembutannya membuat Putri Mandalika menjadi incaran para pangeran dari Kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Kerajaan Beru. Dua pangeran yang paling bersaing merebut hati Putri Mandalika adalah Pangeran Datu Taruna dari Kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur.

Putri Mandalika merasa bingung dan sedih karena tidak ingin memilih salah satu di antara para pangeran, khawatir akan menimbulkan perpecahan. Setelah melakukan semadi, Putri Mandalika mendapat wahyu untuk mengundang semua pangeran dan penduduk pada tanggal 20 bulan 10 (kalender bulan Sasak). Saat semua berkumpul, mengejutkan ketika Putri Mandalika tiba-tiba menceburkan diri ke laut. Para pangeran dan penduduk kebingungan mencari Sang Putri, namun yang mereka temui adalah puluhan ribu cacing laut berwarna-warni yang disebut Nyale. Mereka percaya bahwa Nyale adalah penjelmaan dari Putri Mandalika.

Sejak saat itu, masyarakat Lombok berbondong-bondong mengumpulkan Nyale sebagai wujud rasa cinta mereka kepada Putri Mandalika, sesuai pesan terakhir sang Putri sebelum menghilang ke laut. Tradisi ini kemudian dikenal sebagai Festival Bau Nyale yang rutin dirayakan setiap tahun.

Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale

Setiap tahun, masyarakat suku Sasak di Lombok Tengah melaksanakan tradisi penangkapan Nyale. Ritual ini dilakukan pada tanggal 20 bulan kesepuluh menurut kalender adat mereka, yang biasanya jatuh pada bulan Februari-Maret. Tradisi ini dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat. Mereka percaya bahwa Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi mereka yang menghargai dan melestarikannya.

Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Sasak di Lombok Tengah. Ritual tahunan ini menjadi momentum penting bagi mereka untuk melestarikan warisan budaya dan memperkuat kebersamaan dalam komunitas.

Beragam Acara dalam Festival Bau Nyale

Festival Bau Nyale tidak hanya berpusat pada ritual penangkapan Nyale saja. Dalam perayaan festival ini, masyarakat suku Sasak juga menampilkan berbagai pertunjukan seni dan budaya tradisional mereka. Salah satu pertunjukan yang ditampilkan adalah Peresean, sebuah seni bela diri tradisional khas Lombok. Selain itu, ada pula Karnaval Budaya yang diisi oleh 1000 Putri Mandalika, mengenang sosok legenda Putri Mandalika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun