Mohon tunggu...
Nursinta Vania
Nursinta Vania Mohon Tunggu... Tutor - Saya adalah mahasiswa program studi Manajemen Rekayasa. Program studi ini masih terkesan baru di Indonesia. Postingan saya berhubungan dengan mata kuliah yang diajarkan kepada kami, dan saya ingin berbagi wawasan ini kepada pembaca sekalian. Semoga bermanfaat dam selamat membaca!

Mahasiswa_Fakultas Teknologi Industri/Jurusan Manajemen Rekayasa_Institut Teknologi Del

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Design Thinking dan Lateral Thinking, Apa Bedanya?

30 Maret 2021   23:49 Diperbarui: 31 Maret 2021   00:43 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedua konsep berikut, design thinking dan lateral thinking merupakan bagian dari ranah khusus pola berpikir di dunia desain industri. Namun kedua pengertian ini belum sepenuhnya dipahami, maka penulis mlihat pengertian kedua konsep ini berdasarkan riset yang ada. Terlepas dari perbedaan ini, baik design thinking dan lateral thinking sama-sama mengutamakan kebutuhan dan permintaan sebagai dasar pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen.

1. Design Thinking

Dikutip dari (Razzouk dan Shute, 2012), design thinking adalah proses analitik dan kreatif yang melibatkan seseorang dalam peluang untuk bereksperimen, membuat dan membuat prototipe model, mengumpulkan umpan balik, dan mendesain ulang. Terdapat lima tahapan design thinking:

a) Empathise (Empati)

Pada tahap ini, para ahli konsultasi akan mencari tahu lebih banyak tentang bidang yang menjadi perhatian melalui pengamatan, keterlibatan, dan empati dengan orang-orang untuk memahami pengalaman dan motivasi mereka sehingga memperoleh pemahaman pribadi yang lebih jelas tentang masalah yang terlibat.

b) Define (Penjelasan)

Pada tahap ini, peneliti akan mengumpulkan informasi yang telah diperoleh pada tahap Empathise. Lalu, informasi akan dianalisis, diamati, dan 

disintesis untuk menentukan masalah inti yang ingin diselesaikan.

c) Ideate (Ideasi)

Pada tahap ini, peneliti akan mulai untuk menghasilkan ide-ide yang menjawab masalah yang diolah pada tahap Define. Dengan latar belakang teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada, peneliti juga dapat mulai "berpikir di luar kotak" untuk mengidentifikasi solusi baru untuk pernyataan masalah yang dibuat, sekaligus mencari solusi alternatif untuk melihat masalah.

d) Prototype (Prototipe)

Pada tahap ini, peneliti akan menghasilkan beberapa prototipe produk, sehingga mereka dapat menyelidiki solusi masalah yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Melalui fase eksperimental, peneliti dapat mengidentifikasi solusi terbaik untuk setiap masalah yang diidentifikasi selama tiga tahap pertama. Solusi tersebut diselidiki dan diterima, diperbaiki dan diperiksa ulang, dan ditolak berdasarkan pengalaman pengguna.

e) Test (Pengujian)

Pada tahap ini, prototipe akan diuji secara ketat. Dalam proses berulang, hasil yang dihasilkan selama fase testing sering digunakan untuk mendefinikan kembali satu atau lebih masalah dan menginformasi pemahaman pengguna, kondisi penggunaan, bagaimana orang berpikir, berperilaku, dan merasakan, dan berempati. Bahkan selama fase ini, perubahan dan penyempurnaan dilakukan untuk menyingkirkan solusi masalah dan memperoleh pemahaman sedalam mungkin terhadap produk dan penggunanya.

Salah satu contoh design thinking adalah SingPass atau Singapore Personal Access. Ini adalah salah satu bentuk inovasi teknologi pemerintah Singapura yang berbentuk penyimpanan database setiap warga negaranya. Melalui sistem autentikasi nasional SingPass, setiap warga negaranya dapat melakukan akses ke berbagai layanan pemerintah dan sektor swasta secara online, dan secara langsung secara aman.

2. Lateral Thinking

Konsep berpikir lateral atau lateral thinking menurut (Zagalo dan Morgado, 1967), adalah cara berpikir yang mencari solusi untuk masalah yang sulit diselesaikan melalui metode atau elemen yang tidak ortodoks yang biasanya diabaikan oleh pemikiran logis. Edward de Bono mengusulkan empat teknik untuk berpikir lateral.

a) Awareness (Kesadaran)

Pada tahap ini, peneliti harus menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana pikiran memproses informasi. Menolak pola yang sudah ada sebelumnya adalah langkah pertama menuju inovasi yang lebih besar.

b) Random Simulation (Stimulasi Acak)

Pemaparan keacakan adalah bagian penting dari pemikiran lateral. Peneliti dianjurkan untuk  mendapatkan informasi dari pengamatan sekitar dan eksplorasi - dengan berjalan-jalan, mendengarkan podcast, bercakap-cakap dengan orang asing, mengambil rute berbeda ke tempat kerja --- dapat berdampak positif pada proses pemecahan masalah.

c) Alternatives (Alternatif)

Peneliti harus mempertimbangkan solusi alternatif. Walaupun peneliti akan menghadapi dilema solusi yang akan dinyatakan, penelitik akan didorong untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk memikirkan pilihan dan solusi lain. Ini satu-satunya cara untuk benar-benar mempertimbangkan masalah dari semua sudut.

d) Alteration (Perubahan)

Peneliti akan membalik hubungan antara bagian-bagian masalah, pergi ke arah yang berlawanan dari apa yang tersirat, memecah pola menjadi potongan-potongan kecil, dan menerjemahkan hubungan menjadi analogi dan kemudian menerjemahkannya kembali adalah contoh cara untuk menumbuhkan "pola pikir perubahan" sambil memecahkan masalah.

Salah satu contoh lateral thinking adalah bermain tebak-tebakan atau pertanyaan wawancara kandidat kerja. Secara sederhanya, tebak-tebakan mengandung jawaban yang tidak terprediksi dan tidak menggunakan pendekatan sistematis, jawabannya murni berdasarkan pendekatan logika dan pengalaman penanya dan penjawab semata. 

Begitu juga dengan pertanyaan wawancara, teknik penilaian jawaban kandidat atas pertanyaan yang diajukan berdasarkan pendekatan logika dan etika serta pengalaman yang diterapkan oleh bagian perekrut di perusahaan tersebut. Karena dari itu, terkadang beberapa jawaban atas pertanyaan wawancara yang 'benar' dan 'seharusnya' dapat melenceng bahkan tidak terpikirkan oleh kandidat.

Dari kedua pengertian diatas, dapat ditemukan beberapa perbedaan mencolok antara design thinking dan lateral thinking.

  • Design thinking lebih mengarahkan pola berpikir untuk mengacu kepada standar, prosedur, atau alur pembuatan sebuah prototipe yang sudah jelas dan berdasarkan ilmu pengetahuan.
  • Design thinking bersifat lebih sistematis untuk dijalankan.
  • Karena menggunakan standar prosedur dan basis ilmu pengetahuan, ada kemungkinan bahwa hasil produk yang dikeluarkan bersifat, berjenis, atau memiliki kegunaan yang serupa.
  • Lateral thinking mengutamakan pola berpikir untuk mencari ide-ide dalam membuat sebuah prototipe yang melihat permasalahan dari keadaan sekitar. Dengan kata lain, orang yang menerapkan lateral thinking dipaksa untuk lebih banyak mengamati dan menginvestigasi masalah sekitarnya secara luas untuk menciptkan sebuah produk yang menjadi solusinya.
  • Lateral thinking bersifat tidak langsung, dalam artian dijalankan secara bebas menurut kebutuhan pembuatan prototipe produk dan konsumen yang dituju.
  • Karena lateral thinking dijalankan berdasarkan kreativitas dan pendekatan logika oleh peneliti, ada kemungkinan bahwa hasil produk yang dikeluarkan bersifat, berjenis, atau memiliki variasi yang banyak atau berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun