Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bisnis Sapi Kurban ala Ayah Tikas

12 Juni 2024   22:11 Diperbarui: 13 Juni 2024   01:01 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sapi Qurban, (Dokumentasi Pribadi)

Bisnis hewan qurban bisa dilakukan oleh siapa saja, terutama masyarakat yang tinggal pedesaan. Syaratnya lingkungannya mendukung. Seperti kandang yang sehat, pakan yang cukup, dan lain sebagainya.

Skalanya pun bervariasi dan bisa menyesuaikan. Mulai besar-besaran, sedang, kecil, sampai ke yang amat kecil bisa dilakukan sebagai sambilan.

Hari spesial

Ayah Tikas, Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
Ayah Tikas, Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Tanggal 5 Februari 2024 lalu, pengalaman spesial bagi saya. Pulang dari pasar, ketemu seorang pria sedang mengarungi rumput. Lokasinya di pinggir Jembatan Kerinduan Kota Sungai Penuh.

Untuk diketahui, tanah rawa di jalur Jembatan Layang sepanjang 800-an meter tersebut dipenuhi oleh tumbuhan air liar, didominasi oleh rumput bento (baca: banto). Yakni jenis rumput yang tergolong bagus untuk pakan ternak. Tak heran Area tersebut syurga bagi peternak untuk mengarit bento.

Suami saya menawarkan ide, "Tuh, ada tukang arit. Mau wawancara dak?"

Saya jawab, "Ya, mau."

Ayah Tikas

Penyabit rumput itu mengenalkan dirinya sebagai Ayah Tikas, (anaknya bernama Tikas). Saya tawarkan dia untuk dipotret. Pasalnya zaman sekarang tidak semua orang mau difoto. Membidik kamera pada seseorang tanpa izin yang dijepret, bisa dikenakan pasal 115 UU Hak Cipta, dengan ancaman denda 500 juta rupiah (maaf, kalau saya keliru).

Lagi pula, jika begitu kenal nyelonong mengajaknya wawancara, mungkin agak susah juga mendapat persetujuan. Jangan-jangan dikiranya saya wartawan mencari-cari kesalahan, sebab saat itu onggokan rumputnya agak berantakan, hingga mengganggu pemandangan orang lewat.

Saya tanyakan padanya apakah rumput tersebut untuk dijual? "Tidak, Bu. Dipakai sendiri," jawabnya. "Saat ini saya punya 2 ekor sapi yang dikandangi. Setiap hari pakannya harus standby. Tidak melulu rumput, jika ada kulit pisang atau jagung juga dikasih." lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun