Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Amir: Warung Sate Legendaris Tak Terkalahkan di Sungai Penuh

21 Mei 2024   14:58 Diperbarui: 21 Mei 2024   15:38 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecuali sate Amir yang lontongnya kenyal, kuahnya gurih, pedas enak.  Sesekali dicolek sama keripik dan kerupuk jengkol yang selalu standbey di setiap meja.

3. Konsisten dengan rasa

Racikan  bumbu sate amir benar-benar original dan  turun temurun. Mulai saya mengenalnya  52 tahun lalu rasanya tetap sama, tak pernah berubah sedikitpun.

Begitu juga dagingnya, menggunakan daging sapi asli,  empuk dan gurih. Cocok bagi kami-kami yang sudah dua kali ganti gigi.  Andaikan saya dites dengan mata tertutup, kemudian disuguhi beberapa sendok sate beda produk, saya akan bisa membedakan mana sate amir mana yang bukan.

Yang menarik  tidak hanya rasanya, papan mereknya pun turun temurun.  Hal ini diamini oleh penjualnya yang sekarang, "Iya papan merek lama Bu."

4. Kebersihan tempat, peralatan, dan para karyawan

Saya dan tentu juga kalian, sebelum memutuskan belanja pada suatu  tempat makan, syarat mutlaknya adalah  tempat dan peralatannya harus bersih. Warung Sate Amir tak pernah abai dengan masalah ini.

Demikian pula penampilan karyawannya. Meskipun gayanya biasa-biasa saja, pakaian, dan tubuhnya rapi dan bersih. Mereka semuanya kaum adam. Setahu saya Sate Amir  belum pernah  mempekerjakan golongan cewek sebagai pelayannya.

5. Harganya  ramah di kantong 

Di Sungai Penuh dan Kerinci Umumnya penjual sate melayani penjualannya dalam dua porsi. Satu piring dan setengah piring, yang dikenal dengan istilah, "ciek" dan "satangah." (bahasa Minang).  Ciek artinya satu piring, satangah maknanya setengah piring. Kalimat pemesanannya cukup begini, "Sate ciek, Da/Pak" dan "Sate satangah, Da/Pak."

Bagi saya, setengah piring  sate amir cukup mengenyangkan. Beda dengan cowok gantengku yang kapasitas perutnya jumbo. Satu piring nanggung. Dua kali setengah baru pas.

Harganya? Wah .., mohon maaf. Saya belum konfirmasi dengan empunya usaha. Takutnya beliau keberatan tarif dagangannya dipublikasikan.  Yang pasti tidak mencekik. Satu  porsi jauh di bawah Rp 30 ribu. Jika ditambah keripik, atau kerupuk jengkol harganya lain lagi.

Saran dan Penutup

Sebelumnya saya menginformasikan yang  positifnya saja.  Barangkali tak ada salahnya saya memberikan sedikit masukan tentang apa yang  sebaiknya  dibenahi.

Pertama,  kursi dan mejanya telah agak usang mungkin  perlu diganti. Meskipun masih bersih dan layak pakai. Ini untuk menyesuaikan dengan warung sate yunior yang dikelola oleh anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun