Kata Imam Nawawi,  kesombongan  adalah  sifat buruk bagi siapapun. Namun, bagi orang miskin, sombong itu adalah keburukan yang paling parah, (republika.co.id).
Tetapi menurut saya, orang kaya sombong mungkin dianggap wajar dan lumrah. Kalau praktik kesombongan dilakukan orang biasa (tak tega mengatakan miskin), itu namanya keterlaluan. Â Parahnya, Â lihai pula membungkus ketidakjujuran.Â
Hm .... Lama menghilang, tiba-tiba nenek nongol mau curhat nih. Mungkin ada cucu-cucu yang bertanya, "Memang ada orang sombong kurang jujur, Nek?" Jawabnya ada, Cung. Ini pengalaman pribadi, saat belanja sayur rimbang di pasar tradisional X kemarin pagi.Â
Kata si pedagang, sayuran  itu dia jual  per seperempat  kilonya Rp 2 ribu. Otak saya berkalkulasi  per  100 gramnya  digenapkan Rp 1000. Sebab butuhnya cuman sedikit, untuk sekali makan berdua saja. Â
Sejatinya di kebun juga banyak. Tapi jarak tak memungkinkan saya pergi memetiknya. Saya minta beli separohnya saja.  Di warung-warung biasanya belinya  per ons juga. Soal harga tak masalah.
Untuk apa beli banyak. Kami kurang suka mengonsumsi sayuran yang disimpan lama dalam kulkas. Paling sehari dua hari. Selepas itu, nasibnya berakhir di tong sampah. Â Di sisi lain, saya tipe Nenek-nenek kurang suka buang-buang makanan. Â
Pedagang sayur itu menjawab sambil  memalingkan muka ke lawan bicaranya yang lain. "Tidak bisa. Tiada artinya uang seribu."  Nadanya cuek bebek.
Aduh, Emak .... Â Saya malu. Tak tahu harus berkata apa. Lama saya terpaku. Hingga akhirnya berujar, "Ya sudah, seperempat saja." Â Uang dibayar barang berpindah tangan.
Terus saya tawarkan pada ibu kenalan saya yang tadinya teman pedagang itu  ngobrol, "Kalau mau,  aku kasih awak separonya ya. Daripada dibuang."Â
Dia menolak. Katanya kalau makan rimbang penyakitnya kambuh. Ya sudah. Â Saya nyalakan motor langsung pulang.
Sepanjang perjalanan otak kecil saya ngomel. Â "Orang kaya sombong itu soal biasa. Orang miskin ongeh (sombong) ini sungguh TERLALU. Dasar manusia tak pandai bersyukur. Jangankan seribu, seratus rupiahpun itu rejeki pemberian Allah."
Iblis dan setan pun menghasut, "Lain kali jangan belanja di sana lagi, ya! Dari mana dia dapat duit dua ribu tanpa adanya  nilai seribu.  Melioner yang kekeyaannya  triliunan pun berawal dari angka seribu rupiah. Bla bla .... "
Saya memaksakan diri untuk ikhlas. Sampai di dapur, saya keluarkan  rimbang tadi dari kantong belanjaan. Terus menaroknya  di timbangan.
Alamak ....! mata saya terbelalak. Ternyata benda yang konon mengandung vitamin A itu cuman 1,5 ons. Â Otak kecil saya ngomel untuk episode ke dua. Sudah sombong, Â tukang kecoh pula.
Demikian pengalaman pahit saya berinteraksi dengan pedagang sayur sombong dan kurang jujur. Semoga bermanfaat. Salam dari Pinggir Danau Kerinci.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H