Penjelasan Ayah Yutika mengubah pandangan saya, yang selama ini menganggap lele adalah ikan paling jorok.
“Saya bilang ke mereka, ‘daripada menjadi TKI Ilegal di luar negeri, lebih baik cari duit di negeri sendiri’. Tetapi mereka mengabaikan tawaran saya. Malahan ada yang terkesan ngejek,” kenangnya.
"Yang membesarkan hati, sekarang sudah puluhan warga mengikuti langkah saya. Mereka tersebar di beberapa Kecamatan dalam Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Di antaranya ada yang berlatar pendidikan Sarjana S2. Umumnya mereka yang jemput bola, mencari-cari saya minta informasi sekitar kiat menjadi klaborator DHD,” tambahnya.
Saya bertanya lagi, "Kalau boleh tahu, jimat suksesnya apa, ya?"
Ayah Yutika tertawa. "Merawatnya dengan hati, Bu. Karena makhluk bernyawa punya keterkaitan batin dengan tuannya."
Kini beliau ditunjuk sebagai Ketua Mitra untuk Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Dia, istri, dan 2 anaknya hidup dalam berkecukupan alias kaya versi saya.
Nah, Bagaimana dengan Anda? Adakah yang ingin kaya dengan usaha budidaya lele, seperti Ayah Yutika? Silakan japri beliau. Alamatnya Desa Simpang Empat Tanjung Tanah, Kecamatan Danau Kerinci, Provinsi Jambi. (15 km ke arah Timur dari Kota Sungai Penuh, 400-an km dari Kota Jambi).
Terakhir sebagai informasi tambahan, kerja sama yang ditawarkan oleh DHD ada 2. Pertama sistem budidaya pembesaran lele mandiri seperti dibeberkan pada artikel ini. Ke dua, sistem plasma, yang insyallah akan dipaparkan pada sesi lain.
Demikian ulasan ini ditulis berdasarkan tinjauan di lapapangan. Andai penjabarannya kurang lengkap, silakan kompasianer lain menambahkan. Semoga bermanfaat.
****