Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gara-gara Mati Ide, Terbongkar Hoaks yang Mencengangkan

7 Mei 2020   16:03 Diperbarui: 7 Mei 2020   16:10 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: diambil dari kompas.com (2)

Nyapu sudah, Nyupir (nyuci piring) sudah. Nyuci pakaian sudah.  Singkat kata, segala urusan rumah tangga untuk tadi pagi sudah tuntas.  

Saat akan melanjutkan rutinitas ke 2, yakni menulis, ide mandek. Hampir satu jam saya berkelana di alam maya dengan harapan, ketemu gagasan tak terduga.

Saya keluar. Sekalian mengantarkan sesuatu ke rumah tetangga. Seorang nenek SS (82), yang masih sehat walafiat, dan ceria.

“Bu, Nantik  fitrahnya dibagih akau (dikasih aku), Ya!” katanya.

Saya berpikir sejenak. Mungkin beliau ini akan “berpulang”. Tak biasanya dia begitu. Minta-minta fitrah. Orangnya tidak miskin-miskin amat, tidak juga kaya.  Kiriman anak-anaknya di rantau lancar. Sering melalui rekening saya.  Dari  anak di kampung pun  dapat jatah. Meskipun tidak banyak. 

Saya menjawab, “Insyaallah.”

“Jangangan insyallah, Bu. Akau  ni pneeeng (aku ni pusing). Punya uang cuman segini. Beras tak ada,” balasnya sekalian memperlihatkan 2 lembaran Rp 50 ribu.

“Emaknya si Anu (tetangga sebelah),  kemaren beli beras 9 kaleng (1 kleng = 16 kg). Dua untuk dia sisanya buat  anaknya  S  yang tinggal di Sungai Penuh  itu. Untuk persiapan dunia kelam 40 hari nantinya,” tambah dia.

“Hah ...? Kelam ...?  Mak Tuo dapat kabar dari mano?”

“Masak Ibu dak tahu. Orang dusun kito ni lah hioh (dusun kita dah heboh),” sambungnya.  “Seminggu lalu,  Emak Ujang beli beras 5 kaleng. Lengkap dengan keperluan dapur untuk bekal 40 hari. Cuman akau yang dak ado bekal apo-apo. Karena tiada uang. ”

Saya balik nanya, “Mak Tuo dapat cerito dari mano?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun