Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yuk Cari Tahu, Bagaimana Masyarakat Kerinci Menjalankan Ibadah Tarawih Pertama di Tengah Covid-19

24 April 2020   19:10 Diperbarui: 24 April 2020   23:11 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual masker ini belum mengenakan masker dengan cara yang baik dan benar. Foto/NURSINI RAIS

Di tengah keramaian di Kota Sungai Penuh ini hampir tak terlihat pengunjung pasar pakai masker. Foto/NURSINI RAIS
Di tengah keramaian di Kota Sungai Penuh ini hampir tak terlihat pengunjung pasar pakai masker. Foto/NURSINI RAIS

“Mula-mula, yang disuruh tutup itu balai (pasar tradisional). Tapi masyarakat tidak menggubrisnya. Tetap digelar 2 kali sehari pagi dan sore. Kecuali bulan puasa cuman  sekali. Mulai pukul 13.00 sampai jam  16.00 sore. Pengunjungnya malah semakin ramai.”  jelas Elama.

Berdasarkan fakta, plus informasi dari dua sumber tersebut patut diduga, seluruh desa yang ada dalam Kabupaten Kerinci  tetap melaksanakan Salat Tarawih berjamaah di Masjid dan Musala.

Imbauan pemerintah untuk mempraktikkan social distanting dan physical distanting hanya selogan penghias spanduk, untuk mempercantik setiap persimpangan jalan.

Belajar di rumah dan  Work From Home (bagi orang kantoran), terlaksana. Jaga kebersihan okey,  makan makanan bergizi   gampang, yang penting ada beras yang mau ditanak, tidur teratur pasti, asalkan perut  kenyang,  pakai masker saat keluar rumah baru dipatuhi oleh  segelintir individu.

Warga Sungai Penuh/Kerinci berkerumunan untuk mendapatkan sembako murah.
Warga Sungai Penuh/Kerinci berkerumunan untuk mendapatkan sembako murah.

Kalau di kota besar seperti DKI Jakarta, yang sulit dibendung adalah animo masyarakat untuk mudik. Maka di daerah  Kabupaten Kerinci  paling susah dicegah berkerumunan di tempat ramai dan  beraktivitas di luar rumah untuk memenuhi  kebutuhan perut.

Hal ini dapat dimaklumi. Pertama, selain cultur masyarakat Kerinci yang terkenal agamais, penduduk pedesaannya mayoritas bermata pencaharian jadi petani.  Ada sedikit sebagai pedagang kecil.  Dua yang terakhir ini sangat menggantungkan suapnya di pasar-pasar tradisional.

Alasan ke dua, Kabupaten Kerinci  memang  merupakan salah satu zona merah dalam Provisi Jambi.  Tetapi Provinsi  yang terletak di Pinggang Pulau Sumatera ini belum menerapkan  pembatasan sosial berskala-besar (PSBB).

Sedikit berbeda dengan di Kota Sungai Penuh.  Masjid dan musala ditutup semua.  Kerumunan  manusia tetap berlangsung,  toko tetap buka seperti  belum berjangkitnya Covid- 19. Padahal Sungai Penuh juga berstatus Zona Merah.

Penjual masker ini belum mengenakan masker dengan cara yang baik dan benar. Foto/NURSINI RAIS
Penjual masker ini belum mengenakan masker dengan cara yang baik dan benar. Foto/NURSINI RAIS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun