Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah Dibebaskan, Oknum Mantan Napi Berulah Lagi

17 April 2020   13:20 Diperbarui: 17 April 2020   13:44 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga Sabtu 11 April 2020 lalu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly,  telah membebaskan 36.554 tahanan. 

Tindakan tersebut dilakukannya melalui program asimilasi dan integrasi, yang katanya untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di Lapas atau Rutan yang over kapasitas. 

Sayangnya, niat baik beliau ini melahirkan konflik baru. Mulai dari merebaknya isu tentang  prosedur pembebasannya yang terbilang kumuh alias tidak fair bin berbayar, sampai bikin sebagian masyarakat pusing tujuh keliling.

Pasalnya, belum seminggu dibebaskan, eh ...,  oknum resedivis tersebut berulah lagi. Dikabarkan, 12 darinya terpaksa dikembalikan ke penjara karena melakukan kejahatan baru.

Saya tidak mengulas permasahan ini lebih detail, karena bukan lahan saya.

Tetapi, sebagai seorang ibu saya hanya sedih membayangkan. Betapa malangnya ibu yang telah melahirkan anak-anak  seperti mereka. Sia-sia air susunya diberiminumkan kepada anak seperti mereka. Ibu mana yang tidak kecewa, melihat darah dagingnya dipenjara seperti mereka , gara-gara melakukan kejahatan seperti mereka. 

Terkait kasus ini, saya ingin sedikit berbagi cerita tentang  LM  rekan sepermainan saya. Orangnya ganteng, penampilannya perlente.  Dia lahir dari keluarga berada versi orang kampung pada zamannya.

Daerah operasinya di ibu kota provinsi. Mangsanya orang-orang berduit. Entah itu operasi senyap atau kejahatan dengan kekerasan.  Yang jelas, tak terhitung kalinya dia keluar masuk penjara gara-gara kasus pencurian.

Ini manusia entah darah dagingnya terbuat dari apa? Dia tak pernah bertauobat dan sepertinya belum ada rencana untuk insyaf.

Ya mau bagaimana lagi. Didoakan oleh ibu bapaknya sudah, dishalat hajadkan sudah, dikasih emaknya obat dari orang pintar, sudah. Bahkan demi menginginkan anaknya sembuh dari penyakit pencurinya tersebut, ibunya tega mengelebuainya untuk makan bayi  tikus.

Pernah emaknya bersimpuh di ujung kaki dia sambil menangis. Meminta  agar anak pertamanya  ini mau berubah.  Mujarabnya cuman  sebulan dua bulan. Selepas itu, "gilanya" kambuh lagi.

Menurut tetangga dekatnya, profesi ini digelutinya sejak dia berumur 6 tahun. Bermula dari kecil-kecilan. Seperti, mencuri telur ayam tetangga, terus ke ayamnya, berlanjut ke hal-hal lain yang agak lebih besar.  Sampai mengantarkan dia ke jeruji besi. 

Mungkin selama di bui dia banyak belajar kepada rekan sesama napi. Hingga keluar dari penjara, dia bukan berubah menjadi lebih baik.  Namun membuat dirinya bertambah "gila". Dia tak lagi main di level desa. Sasarannya orang-orang berduit di ibu kota provinsi.

Di sana pula dia menetap. Pulang kampung sekali-sekali. Zaman itu, di kampung saya belum ada warga setempat yang mampu membeli sepeda sport. Dia punya sampai 3 dan 4 unit beragam warna.

Saat LM memasuki usia 4 puluhan, 2 adik lelakinya sepakat mengadakan resolusi damai. Mereka minta agar sang kakak tidak mencuri lagi dan menetap di kampung berkumpul bersama sanak keluarga.  Segala biaya hidup dia, isteri dan 4 anaknya mereka berdua yang menjamin.

Eksekusinya lancar.  LM menjalaninya tanpa masalah. Orangtuanya bahagia, saudara-saudaranya bangga.

Kabanggaan mereka berkali lipat, karena LM diterima pula bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai satpam.  Ya, personel keamanan kan  harus jagoan.  Biar perusahaan aman.

Lengkaplah sudah kebahagian keluarga dan anak isteri LM. Gaji dari perusahaan dapat, subsidi dari saudaranya tak pernah macet.

Tapi apa yang terjadi. Ibarat seekor anjing, sekenyang apun dia makan kalau ketemu daging tergeletak,  pasti dia makan. Setidaknya sedikit mencium.

Mungkin dia ngiler melihat barang-barang perusahaan yang kira-kira mudah dijual. LM tak tahan godaan. Pertahanan imannya jebol.

Saya tak tahu dan memang tak mau tahu jenis barang yang dia gondol. Kisah masa tuanya ini saya peroleh dari sanak keluarga di kampung. Sebab, isteri  pelaku kakak sepupu saya.

Persoalan baru pun muncul. Gara-gara  diburu polisi, dia kabur. Kemana lagi? Kalau bukan kembali ke profesi semula.  Sampai akhirnya dia nikah lagi dengan perempuan lain, terus  sakiit-sakitan dan meninggal dalam usia lima puluhan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, bagi saya kasus 12 napi  yang baru bebas kemudian berulah lagi itu  bukan hal aneh.

Mau tak mau ya, pasrah saja.  Karena memang mereka ditakdirkan lahir dengan hati sekeras baja, kepala sekeras batu, dan sulit untuk melunak.

Mungkin suatu saat  mereka mendapat hidayah dari Allah.  Hingga kesadaran itu keluar  dari lubuk hati mereka yang paling dalam.

Kita manusia biasa tak akan mampu mengubahnya. Sebab  mereka adalah mereka, dan tak pernah mengalami bagaimana rasanya menjadi orang lain.

Begitu juga halnya dengan 12 mantan napi yang disebut meresahkan tersebut.  Biarin aja merekasampai mampus, Pak Yasonna/Pak Polisi. Tangkap lagi, penjarakan lagi. Jangan dikasih angin sampai dua kali.

Salam #DariRumahSaja,  di Pinggir Danau Kerinci.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun