Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Yuk, Melihat Covid-19 dari Kacamata Berbeda!

15 April 2020   07:19 Diperbarui: 15 April 2020   13:31 4000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maklum, daerah yang terhampar di lembah Kerinci ini bersuhu rata-rata 22,6 derajat Celcius, (Dokumen RPI2JM Kabupaten Kerinci Tahun 2016-2020). Relatif dingin terutama pada pagi hari.

Sekarang bocah cewek itu mandi dan keramas sendiri sampai 3 kali sehari. Katanya biar corona yang berani mendekat bisa mabuk, terus mati karena sabun dan shampo. He he ....

2. Mengajarkan Masyarakat Lebih Kreatif

Di depan rumah saya ada sebuah warung nasi kecil-kecilan milik Mak Dul (45 tahun). Saya katakan kecil-kecilan, karena pelanggannya belum banyak.

Sarana dan prasarananya aneka sederhana. Mulai persiapan sambal dan lauknya serba sedikit, sampai ke peralatan makan ala perabotan dapur emak-emak kampung.

Kobokan model cerek. Dokumentasi pribadi.
Kobokan model cerek. Dokumentasi pribadi.
Tetapi laris manis, terjual habis dalam setengah hari. (Buka jam 12.00 sampai pukul 17.00). Mungkin karena harganya lumayan miring, RP 15 ribu kenyang. Gaya penyajiannya praktis ala ampera atau nasi rames.

Yang menarik, sebelum kasus Covid-19 mendunia, tempat cuci tangan tamunya cuman pakai kobokan model cerek saja.

Kemarin saya kaget. Di luar warungnya sudah tersedia pula wastafel made in suaminya sendiri. Sekalian cairan pencuci tangan. Sangat sederhana. Tetapi meyakinkan bahwa memenuhi standar kesehatan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Uniknya, perangkat tersebut ditempelkannya pada pohon jambu. Rapi dan enak dilihat. Sungguh pemilik tangan yang membuatnya adalah suami yang kreatif.

Gara-gara corona pula imbauan menggunakan masker disuarakan. Momen tersebut ditangkap oleh para tukang jahit di desa untuk memproduksi masker dengan memanfaatkan kain-kain perca.

Tidak hanya tukang jahit. Emak-emak rumahan pun terpicu jadi kreatif. Kaos-kaos bekas yang masih bersih dan bagus, mereka jahit jadi masker untuk dipakainya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun