Selama ini, usaha pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan tidak perlu diragukan. Berbagai program bantuan sosial untuk rakyat  diluncurkan. Ada Program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan lain sebagainya. Tak lama lagi menyusul kartiu Pra-Kerja.
Para penerima bantuan tersebut, khususnya  penerima PIP dan PKH, tinggal nunggu tanggalnya seperti pensiunan PNS.
Kadang saya berpikir, sampai kapan mereka (penerima PKH)  ini dimanjakan oleh pemerintah. Betulkah, dengan bantuan seperti ini dapat mengubah perekonomian rakyat jadi  lebih baik?
Okelah. Daripada  uang negara dirampok para koruptor, biar  PKH-er  ini nyicip.
Sepanjang yang pernah saya alami (era 7 puluhan), kemiskinan  di Indonesia ini akan dapat dikurangi kalau petaninya sejahtera. Berikan pupuk gratis , tingkatkan harga barang komuditi seperti sawit, karet, cengkeh, kopi, kopra dan produk pertanian lainnya. Dijamin masyarakat  pedesaan akan sejahtera. Angka kemiskinan bisa ditekan.
 Apabila rakyat pedesan punya uang banyak, tentu daya beli mereka akan  tinggi. Rembesannya sampai  ke perkotaan. Saya sering dicurhatin  para pedagang di kota.  Rata-rata mereka mengatakan masa jayanya berdagang saat hasil tani rakyat, dihargai mahal.
Sebelum tahun 2012, dimana nilai jual karet pernah menyentuh angka 20 ribu, adalah masa emasnya  masyarakat provinsi Jambi. Sebab, sebagian besar penduduk pedesaannya petani karet.
Saya masih ingat, semasa adik ipar saya bertani karet di Kabupaten tebo. Â Zaman itu saya udah puluhan tahun mengajar cuman mampu beli satu motor kredit. Sedangkan dia punya 2 mobil dan 3 unit motor. Â
Hal serupa dialami juga oleh petani karet lainnya di desa tempatnya berdomisili.Â
Jadi, kalau pemerintah serius untuk meminimalisir kesenjangan ekonomi, awalilah dengan meningkatkan kesejahteraan petani pedesaan.
****