Mulai menyiapkan tempat, daun kopi sebagai bahan baku, mengolahnya hingga siap seduh, kayu bakar untuk pengeringan dan memasak air panas, cerek, cangkir, sampai ke penyajiannya dan siap minum. Belum lagi mencuci peralatan usai kegiatan.
Bukan setahun dua tahun. Ada yang turun temurun. Setelah nenek atau kakeknya meninggal, amal bakti tersebut diteruskan oleh anak cucunya.
Proses Pembuatan Kawo Sbuk Kupi Daun
Ada dua versi dalam pengolahan daun kopi sampai menjadi minuman segar. Pertama, daun kopi yang tua dikeringkan dengan cara didiang di atas para. Jarak para dan api tungku disesuaikan dengan kebutuhan (tingginya kurang lebih 150-200 cm).
Beberapa hari kemudian daun kopi itu kering. Selanjutnya didiang ulang di atas bara kayu bakar, dengan jarak api dan material kira-kira 30 cm. Setelah garing, diremas hingga mengasilkan bubuk halus seperti teh. Kawo daun siap diseduh.
Versi ke dua, sama seperti kiat ke-1. Bedanya, sebelum pendiangan terakhir, daun kopi dijemur pada terik matahari sampai kering.
Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Versi 1, Pengerjaannya relatif mudah. Setelah ditaruh di lantai para, sambil memasak dia kering sendiri. Tetapi masa pengeringannya agak lama.
Sedangkan versi 2, cukup dijemur satu hari dari pagi sampai sore. Daun kopi siap didiang sampai garing. Konon rasanya kurang gurih karena tak ada aroma asapnya. Gaweannya pun sedikit ribet. Kalau hujan mendadak turun, diangkat dan besoknya dijemur lagi.
Bagaimana, heboh bukan? Tertarik? Kutunggu kalian di Pinggir Danau Kerinci.
****