Setiap pagi, para personelnya berkumpul di sebuah rumah yang menyediakan layanan minum kawo. Kegiatan dimulai pukul 07 sampai 08 pagi. Yang datang dan pergi tidak sekaligus.
Sebelum tamu hadir, tuan rumah terlebih dahulu menyiapkan peralatan yang diperlukan. Mulai wadah berisi air kopi daun, sampai cangkir kosong tempat minum.Â
Uniknya, Kegiatan digelar di ruang dapur. Cangkirnya terbuat dari sayak tempurung kelapa. Sebelum dituangkan ke sayak, kopi daun terlebih dahulu diseduh pakai air panas mendidih, menggunakan wadah tabung bambu yang tingginya kira-kira 30 cm. Kemudian ditutup menggunakan ijuk enau.
Ketika minuman dituangkan ke sayak, yang keluar hanya air kawo berwarna kecoklatan. Ampasnya tersaring oleh ijuk.
Rupanya, seiring perkembangan zaman, tampilan penyajiannya telah berubah. Dari sebelumnya menggunakan tabung bambu dan sayak, berganti dengan cerek biasa dan cangkir plastik. Gelar acaranya pun bergeser ke ruang tamu.
Ketika ditanya khasiat minum kopi daun ini apa. Salah satu anggota menjawab, "Nyandu, Bu. Sehari tak minum, kepala pusing tak karuan, ngantuk-ngantuk, badan terasa berat."
Supaya keasliannya tetap terjaga, minuman ini dikonsumi tanpa gula. Kalau mau yang manis enaknya pakai gula aren.
"Nominalnya tidak seberapa, Bu. Yang penting kebersamaan dan ukhuwah Islamiah tetap terjalin," ujar Pak Abu Zar, salah seorang anggota komunitas yang mereka beri nama "Penikmat Kupi Daun Pondok Indah".