Karena keseringan, saya khawatir putra saya ini jantungan. Saya dan ayahnya berusaha meluruskan, bahwa cerita tersebut adalah bohong. Â Butuh waktu lama juga untuk meyakinkannya.
Kisah lain tak kalah menggemaskan, suatu sore menjelang Maghrib, Dedek pulang  dari bermain. "Bu, Minta sabun. Dek belum mandi," katanya.
Saya curiga. Katanya belum mandi. Tetapi matanya merah, kulit dan rambutnya kering. Hati saya berbisik, "Ini anak pasti habis berkubang di sawah." Â Ditanya tidak ngaku. Merasa dibohongi, saya marah dan mencubit dia sampai menangis.
Rupanya dia  dan teman-temannya sering mandi dan lompat-lompatan di sungai. Sampai sekarang saya sendiri tidak tahu lokasinya di mana.  Acap kali juga mereka mandi berenang di danau.
Waduh, pikiran negatif mengusik ketenangan saya. Saya stress  sampai susah tidur.  Andaikan begitu dia melompat dari ketinggian tertentu, sementara di dasar sungai terpancang benda tajam, apa kira-kiranya  yang terjadi. (Tahun 1962, insiden ini pernah terjadidi depan saya. Lama saya trauma). Atau begitu terjun, lalu tenggelam  terus terjepit di sela ranting dan tak kuasa bangun kembali.  Waduh ..., mengerikan sekali.
Mandi di danau pun risikonya super dahsyat. Tidak sekali dua Danau Kerinci ini merenggut nyawa manusia. Mangsanya orang yang tidak biasa alias pendatang.  Ketika berenang  kaki korban terbelit lumut daun (dichodontium),  yang panjangnya susah diprediksi. Akhirnya lemas dan tenggelam.
Apabila dilarang dia nunut. Kepalanya mengangguk sampai ke dengkul. Di belakang saya dia tetap eksis. "Anjing menggonggong kafilah berlalu".
Namanya anak kampung usia kelas 3-4 SD. Suka hal yang menantang. Main di semak-semak, memanjat pohon, menangkap ikan di sawah sampai berkubang seperti kerbau. Saya kewalahan dan bosan menegurnya.
Dari dua pengalaman di atas, barangkali dapat diambil pelajaran.
Kisah pertama,  sangat tidak elok jika  anak balita disuguhi cerita ngaur yang tidak mendidik. Sudah bohong menyeramkan pula. Selain menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, jantungnya berdetak kencang.  Bukan tidak mungkin  efek jangka panjangnya anak-anak akan tumbuh menjadi penakut.
Terlepas dari itu semua, ternyata Dedek tumbuh menjadi  pemalu. Syukur, sejak mulai  kuliah sampai sekarang lincahnya malah kelewatan. Buktinya, setahun kuliah dia sudah berani nembak cewek, langsung dapat pacar, he he ....